Berita:

Update RPG OJ v0.2 dan v0.2.1 ke v0.2.2!
Lihat keterangan lebih lanjut di Enter Our Journey > Releases and Updates..

Main Menu

Cerita-Cerita Inspirasional

Dimulai oleh Stash, 07 Februari 2013, 08:04:28

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Stash

Suatu ketika, hiduplah seorang orang tua yg bijak. Seorang anak muda yg sedang dirundung masalah mendatanginya,
Langkahnya gontai & air mukanya ruwet.

Tanpa membuang waktu,
orang itu menceritakan semua masalahnya.

Pak Tua yg bijak, hanya mendengarkannya dgn seksama.

Ia lalu mengambil segenggam garam,
meminta tamunya mengambil segelas air.

Ditaburkannya garam itu kedalam gelas,
lalu diaduknya perlahan,
"Coba minum & katakan bagaimana rasanya..."

"Asin...
Asin sekali" jawab pemuda itu, sambil meludah ke samping.

Pak Tua itu lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga.
Ia lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu.

Dgn sepotong kayu, dibuatnya gelombang
mengaduk-aduk & tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu,
"Coba, ambil air dari telaga ini & minumlah."

Saat tamu itu selesai mereguk air itu,
Pak Tua berkata lagi,
"Bagaimana rasanya?"

"Segar..." sahut tamunya

"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi

"Tidak" jawab si anak muda

"Anak muda, dengarlah...
Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tak lebih & tak kurang.
Jumlah & rasa pahit itu adalah sama,
& memang akan tetap sama.

Tapi, kepahitan yg kita rasakan,
akan sangat tergantung dari wadah yg kita miliki.

Kepahitan itu akan didasarkan dari
perasaan tempat kita meletakkan segalanya.
Itu smua akan tergantung pada hati kita.

Jadi, saat kamu merasakan kepahitan & kegagalan dalam hidup,
hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.

Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."


Pesan Moral,
Hati Yg Lapang Bisa Menampung Segala Kepahitan, Bisa Memaafkan & Memaklumi !!

"Siapa mengejar kebaikan,
berusaha untuk dikenan orang,
tetapi siapa mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan."
(Amsal 11:26)
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Stash

#1
Saya adalah seorang pramugari biasa dari china Airline. Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan
hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap harinya hanya
melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 17 juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari shanghai menuju peking, penumpang sangat penuh pada hari ini. Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua, dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang. Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum, ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung. Kami menanyakan mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkan duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya. Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ketoilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak sembarang, takut merusak barang didalam pesawat. Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ketoilet, pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia. Ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis. Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja dikota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking. Anak sulung yang bekerja dikota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama dikota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking. Anak sulungnya tidak tega orangtua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri. Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya. Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut diatas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati – hati dia meletakkan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil ? dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget. Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri , perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak. Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tau bagaimana mengucap terima kasih kepada kalian. Semoga tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam penumpang saya sudah jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan,hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.

Janganlah kalian memandang orang dari penampilan luar, tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Formatting-nya oi, kamu ga menginspirasi aku untuk baca cerita itu (walaupun udah tahu dari FB) :D
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

#3
Nonoko adalah seorang Guru Zen tua yang hidup sendiri di salah satu pondok di kaki sebuah gunung. Pada suatu malam ketika ia sedang bermeditasi, masuklah seorang asing ke dalam pondoknya sambil mengacungkan pedang ke arahnya, meminta uangnya. Nonoko tidak menghentikan meditasinya sementara ia berkata kepada orang itu, "Semua uang saya ada di dalam mangkuk pada rak di atas sana. Ambillah semua yang kauinginkan, tetapi sisakan lima yen untuk saya. Minggu depan saya harus membayar pajak."

Orang asing itu mengambil semua uang yang ada di dalamnya dan mengembalikan lagi lima yen ke dalamnya. Ia juga mengambil jambangan yang sangat berharga di rak.

"Bawalah jambangan itu dengan hati-hati," kata Nonoko. "Jambangan itu mudah pecah."

Orang asing itu sekali lagi melihat sekeliling ruangan kecil yang kosong dan akan segera pergi.

"Engkau belum mengucapkan terima kasih," kata Nonoko.

Orang itu mengucapkan terima kasih dan pergi.

Hari berikutnya seluruh desa ribut. Banyak orang mengatakan bahwa mereka dirampok. Seseorang melihat jambangan tidak ada lagi pada rak di dalam pondok Nonoko dan bertanya apakah ia pun menjadi korban perampokan, "Tidak," kata Nonoko. "Saya memberikan jambangan itu kepada seorang asing, dengan sejumlah uang. Ia mengucapkan terima kasih kepada saya dan pergi. Ia seorang  yang menyenangkan, hanya sedikit sembrono dengan pedangnya!"
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Stash

Jangan ragu untuk menolong seseorang dengan apa yang kita miliki meskipun hanya sedikit. Karena suatu saat kita pun akan memperoleh pertolongan kembali, entah bagaimana caranya.

Sekali waktu seorang pria mendengar bahwa di tempat asing yang jauh ada pembakaran api suci. Ia bangkit dan meninggalkan rumahnya untuk mencari api suci dan ingin membawanya pulang ke rumahnya. Ia berpikir, "Ketika saya memiliki api ini, maka saya akan memiliki kebahagiaan dan kehidupan orang yang saya cintai akan memilikinya juga."

Ia pun melakukan perjalanan jauh, jauh, dan akhirnya menemukan api suci, yang menyala cahayanya. Dalam perjalanan kembali ia hanya punya satu kekhawatiran, "Bagaimana jika cahayanya mati."

Dalam perjalanan pulang ia bertemu seseorang yang kedinginan dan tidak memiliki apa pun. Api suci itu memintanya untuk memberikan sedikit apinya. Pria dengan api suci itu ragu-ragu sejenak. Bukankah cahaya itu terlalu berharga, terlalu suci untuk diberikan kepada seseorang yang biasa saja? Meskipun ragu, ia memutuskan memberikan sedikit apinya kepada orang yang kedinginan itu.

Pria itu melanjutkan perjalanan pulang dan ketika ia hampir mencapai rumahnya, badai mengerikan datang. Ia mencoba untuk melindungi api suci itu dari hujan dan badai, tetapi akhirnya api itu malah mati.

Untuk kembali ke tempat api suci itu diambil, rasanya tidak mungkin, ia tidak memiliki cukup kekuatan untuk kembali sejauh itu. Tapi ia cukup kuat untuk kembali kepada seseorang yang telah ia bantu dalam perjalanan pulang tadi.

... dan dengan api yang diberikannya tadi, ia dapat menyalakan apinya
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Stash

Suatu hari, seorang kaya mengajak anaknya mengunjungi suatu keluarga miskin di desa dengan maksud agar anaknya paham betapa miskin orang itu. Mereka menginap semalam. Waktu perjalanan pulang si ayah bertanya, "Gimana kesannya, nak"?" "Oh, mengesankan", sahut si anak. "Kau lihat betapa miskin mereka?" tanya si ayah. "Yeah", sahut si anak. "Dan apa yang kau pelajari, nak?" kejar si ayah. Si anak setelah hening beberapa saat, berkata, "Kita di rumah punya seekor anjing, mereka punya empat. Kita punya kolam kecil dan sempit, mereka punya kolam panjang sekali sampai kaki bukit. Kita punya lampu-lampu impor di taman, mereka punya bintang-bintang. Teras kita sebatas pagar depan, mereka sebatas langit." Dan setelah beberapa saat, karena ayahnya membisu saja, si anak berkata, "Terimakasih ya, ayah telah menunjukkan pada aku betapa miskin kita". Tampaklah bahwa kekayaan itu amat relatif dan lebih terkait dengan sikap daripada keadaan. Dengan sikap yang tepat semua orang bisa kaya raya selamanya. Orang miskin kekurangan banyak , tetapi orang tamak kekurangan segala-galanya
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com