Berita:

Update RPG OJ v0.2 dan v0.2.1 ke v0.2.2!
Lihat keterangan lebih lanjut di Enter Our Journey > Releases and Updates..

Main Menu

Kenapa aku menghapus beberapa kontak di dunia sosial?

Dimulai oleh Stash, 13 Juni 2013, 05:42:23

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Stash

Tulisan ini lebih bersifat curhat plus mungkin bisa menjadi bahan diskusi juga. Aku merasa dunia sosial kita yang terkoneksi melalui internet, terutama BBM, Facebook, Instagram, Twitter, mulai disalah gunakan oleh para penggunanya. Beberapa minggu ini aku sudah mulai menghapus beberapa kontak BBM, Facebook, Instagram, dan Twitter yang aku rasa "bermasalah".
Aku menghapus mereka bukan karena aku membenci mereka. Malah aku berusaha supaya image dia di pikiranku tidak menjadi semakin jelek. Lebih baik aku mempunyai teman yang agak jauh *agak susah untuk kontak) tapi imagenya (di pikiranku) masih baik, daripada aku punya teman (yang sepertinya) dekat (karena punya BBMnya, punya FBnya, Instagramnya dkk) tapi imagenya (di pikiranku) jelek. Efeknya malah nanti ke dia juga. Misal dia mau minta bantuan, atau dia mau ajak curhat, aku bakal lebih tidak merespon dia.

Tiga kategori kontak yang aku hapus sejauh ini:
1. Yang suka marah-marah dan/atau nulis masalah (yang sangat) pribadi dan/atau isi tulisannya sama terus di Facebook.
Mau nulis masalah pribadimu di facebook? Silahkan aja. Mungkin kamu saat itu sedang buntu dan butuh bantuan, saran, dkk. Bisa dimaklumi. Tapi kalau kemudian masalah yang sama itu ditulis berulang kali dan (yang parah) masalah itu sebenarnya masalah yang sangat privat, misal suami/istri selingkuh atau masalah dengan saudara kandung, jadi timbul pertanyaan, apa dia hanya sekedar mencari sensasi, atau kah dia memiliki masalah kontrol emosi, atau saking gak ada orang yang bisa dicurhati di luar jejaring sosial sehingga dia terpaksa lari ke dunia sosial.
Masih banyak cara yang lebih baik untuk menyalurkan emosimu, tanpa mempermalukan dirimu sendiri. Ngobrol secara pribadi dengan temanmu atau keluargamu misalnya. Teman/keluarga mu jauh lokasinya dan gak bisa ditemui secara fisik? Bisa chat langsung via BBM, Whatsapp, LINE, YM, Hangout, dan sejenisnya. Bisa juga telepon atau sms.
Aku gak ada masalah dengan orang yang membagikan masalahnya kepada orang lain. Aku pun sering kok nulis masalahku di facebook atau di forum ini. Tapi aku mencoba membatasi diri, menyortir dulu apa masalahku pantas ditulis di umum atau gak, dan media sosial mana yang mau dipakai. Contoh: forum ini jelas tidak seterbuka facebook misalnya, dalam hal jumlah orang yang nantinya akan membaca tulisanku. Jadi mungkin saja ada hal-hal yang bisa aku tulis disini, tapi tidak akan aku tulis di facebook. Ada yang bisa aku ceritakan via chat pribadi, tapi gak bisa aku tulis di forum. Dan ada yang benar-benar gak bisa aku share. Ya, mungkin batasan apa itu "privat" antara aku dan orang lain pasti berbeda sih, dan aku menghargai itu.

Contoh postingan yang membuatku mendelete satu kontak BBMku (kebetulan teman satu sel grup, walau belum pernah ketemu): suka nulis status yang intinya dia itu masih jomblo, merasa kesepian, dan menanti sang pangeran untuk datang, dan tidak lupa ditulis dengan kata-kata yang "puitis". Trus kadang suka marah-marah "semua orang pembohong. Aku bosan dibohongi", "aku capek dengan semuanya" dkk. Kalo satu hari satu kali ganti status yang negatif begituan mungkin masih ok. Satu hari bisa lebih dari 5 kali. Setelah dua bulan bersabar, akhirnya delcon deh. AKu merasa seakan-akan imagenya dia di pikiranku malah jadi jelek. Aku malah membayangkan dia tipe yang suram, yang kesepian, yang agak freak. Jadi daripada semakin lama semakin hancur imagenya, mending aku hapus dia dari BBMku.

Ada lagi yang suka nulis status yang "lebay" dan kadang tidak pantas secara etika (misalnya rasis). Contoh "duh, semoga di gereja ntar gak ketemu tante yang gendut dan genit itu". Dan ditulisnya hampir tiap hari minggu. Atau kasus lain, dia mau nulis buat adiknya, tapi nulisnya bukan via chat pribadi di facebook, tapi via status facebook "ti, papa bilang pake uang us$ yang kamu bawa saja. Jangan pake kartu kredit. Belanjamu sudah kebanyakan. Kalo gak, ntar papa blokir". Pamer kah? Dan masih ada tulisan-tulisan lainnya. Ini teman kuliah yang aku cuma sekedar tahu saja sih. Dan sama seperti atas imagenya di aku jadi jelek. Aku berpikir dia adalah anak kaya yang manja dan tidak punya etika.

Bayangkan saja, misal kamu lagi di acara reunian SMA. Kamu lagi ngobrol dengan teman-teman sekelasmu dulu. Apakah kamu akan mengangkat cerita tentang suamimu yang selingkuh di depan semua teman-temanmu? Tidak kan? Jadi kalau kamu gak mau bercerita "aib" itu ke teman-temanmu yang kamu kenal, kenapa kamu mau bercerita ke semua teman facebookmu, yang aku yakin ada beberapa yang kamu tidak kenal sama sekali? Secara logika dan akal sehat, itu tidak masuk akal.

Mungkin kamu bisa bilang "kalo gitu, kenapa kamu gak bantu selesaikan masalah mereka? Atau kamu bilang mereka supaya jangan tulis hal-hal begitu lagi di facebook misalnya?". Kebanyakan orang yang aku hapus adalah mereka yang masuk kategori "sekedar tahu nama". Kalau kamu punya masalah, trus orang yang cuma "sekedar tahu nama" mau mencoba menasehati kamu, apa reaksi pertamamu? Jadi mau gak mau, tanggung jawab itu aku serahkan ke keluarga dan teman-teman dekatnya.

Buat kalian yang bilang "Itu hak asasiku untuk nulis apa pun yang aku mau", sekedar membagikan info saja, (paling gak di negara maju seperti Amerika Serikat misalnya) perusahaan-perusahaan kadang akan memantau facebook pegawai dan calon pegawainya, untuk bisa menilai karakternya yang sebenarnya (percaya atau gak, di dunia internet, kadang kita lbih berani tampil apa adanya, dan bahkan bisa menjadi lebih jahat dibandingkan di dunia nyata). Contoh artikelnya ini dan ini.


2. Jualan lewat media sosial dan melakukan promosi masal
Mau jualan lewat media sosial? Silahkan. Tapi tolong memiliki etika juga ketika melakukan promosi. Aku tahu mungkin kontak BBMmu 1000 orang, dan karena biaya broadcast ke 10, 100 atau 1000 orang sama aja (alias gratis) bukan berarti trus dihajar rata kirim broadcast ke semua orang. Kalo kamu jualan pakaian dalam wanita misalnya, trus ngirim pesan ke cowok, ya apa pantas? Di email, kita punya junk mail filter, jadi biasanya yang beginian langsung masuk junk mail, gak memakan waktu kita untuk "buka, baca,delete". Tapi di facebook atau BBM misalnya, sayangnya belum ada fitur begitu. Jadi ya sori aja, terpaksa saya hapus kontak kalo melakukannya leih dari 3 kali.


3. Suka sekali meneruskan pesan-pesan hoax
"Kalo kamu gak meneruskan pesan ini, BBMmu akan dinon-aktifkan", "kalau pesan ini tidak diteruskan, akan terjadi hal buruk", "kirimkan pesan ini ke 10 orang, maka kamu akan mendapat rejeki". Heelloooooo..... Pikirmu RIM sebodoh itu kah, menon-aktifkan BBM orang seenak jidatnya? Kalo perusahaan lokal, mungkin aja ya. Tapi kita berbicara perusahaan skala dunia. Pikirmu Tuhan saking nganggur, jadi menghukum manusia cuma karena BBM? Kalian menggunakan perangkat pintar, tapi kaliannya sendiri gak pintar.... Layak dihapus :D


Mungkin aku terkesan anti-sosial, tapi aku lebih menginginkan interaksi sosial yang beretika dan pantas. Kamu berhak untuk berbicara, dan aku berhak untuk tidak mendengarkan pembicaraanmu juga :)

Sedikit OOT, tahu kah kalian bahwa kejahatan identity theft (pencurian identitas) malah semakin marak dan semakin mudah terjadi karena perkembangan situs-situs sosial? Ntar akan aku coba buat topik tersendiri mengenai itu. Satu saran aja, jangan pernah nulis tanggal lahirmu yang benar (paling minim, pake tahun yang salah) dan menlink account facebookmu dengan account ibu kalian. Dengan 2 informasi itu saja, akun bank kalian bisa dibobol orang.
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Nah, buat kamu kayanya cocokan Path deh, private social network tuh, teman dibatasi cuma 150 :D

Tentang no 2, sudah coba kontak orangnya kalau ga mau terima BM seperti itu? Bisa saja dia belum mengerti betul cara BM yang benar (ada kan caranya untuk BM ke kelompok orang tertentu saja; atau memang BBM sendiri yang mempersulit hal itu, makanya aku ga tau BM). Aku ada teman yang agen asuransi, konyolnya dia habis BM kadang-kadang kirim message yang sama ke aku lagi. Berhubung dia agenku, ya ga bisa didelcon :D ini barusan kubilangi orangnya, dia sendiri baru tahu kalau kejadiannya seperti itu. Dan penggunaan BM-nya betul, dia sudah ngelompokin kontak nasabahnya dan hanya BM ke sana.

Ada satu teman SMA kita, yang akhirnya menambahi kalimat ini di akhir (aku yakin udah kamu delcon, jadi kukutip di sini ;D):

KutipSorry bm, let me know if u don't want to accept another great bm from me :D

Sudah kukasih tahu kalau aku cuma minat BM tentang travel, tinggal nunggu aja ke depan seperti apa.

Menurutku rada ga adil kalau dulu kita sempat menambahkan seseorang di media sosial tapi kemudian menghapusnya begitu saja karena alasan promosi. Dia punya hak untuk tahu bahwa kegiatan promosinya itu mengganggu. Lain kalau ketika sudah dibilangi berulang-ulang tapi ternyata kita masih dikirimi pesan :)

Kalau di FB, aku selalu menekankan pentingnya menggunakan Facebook Page atau akun terpisah untuk kepentingan promosi, dan sudah beberapa kali aku kasih status yang menyatakan hal itu. Kalau ada yang promosi menggunakan akun pribadi, langsung kuubah jenis pemberitahuan yang muncul menjadi cuma pemberitahuan penting (entah Facebook menentukan apa yang penting buatku gimana caranya). Ditag di foto jualan? Langsung hapus tag :D di Google+ aku tidak melingkari balik orang-orang yang melingkariku, kecuali aku tahu betul orangnya siapa, jadi aliranku bersih dari pos-pos promosi. LinkedIn yang kubiarkan apa adanya, lha wong itu jejaring sosial profesional :D twitter, karena dari dulu itu kuanggap bukan jejaring sosial (saking banyaknya tweet yang muncul dalam semenit, padahal ya dari situs berita yang sama), sudah kutinggalkan dan cuma kupakai untuk menautkan beberapa game (ga peduli sudah isinya di sana apa, sudah kuperingatkan di profilku :P).

Intinya sih, aku kebalikan denganmu, aku jarang sekali menghapus kontak di jejaring sosial, kecuali dia sudah benar-benar membuat marah (sudah berapa kali ya akunmu mau kuhapus ;D). Ada BM no 3? Kukasih tahu kalau itu hoax. BM no 2? Abaikan. Posting no 1? Sembunyikan. Beres :)

Tentang OOT, aku nulis jelas semua info pribadi apa adanya :D munculnya hanya untuk teman sih, dan akhir-akhir ini aku tidak menerima permintaan pertemanan baru (kecuali dari mahasiswa), Itu pun masih kucek jumlah teman yang sama dan profilnya, kalau ga muncul apa-apa berarti itu orang asing, kemungkinan ditambah sangat kecil :D
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Jujur, sejak aku balik irian, aku mulai bisa meninggalkan yang namanya situs jaringan sosial. Kenapa? Aku merasa bahwa situs-situs itu cuma menghubungkan kamu dan temanmu (seperti iklannya), tapi dia tidak meningkatkan kualitas pertemananmu. Kesannya "ok, aku udah add aku. Artinya kita sudah berteman" trus ya udahbgitu aja. Gak ada interaksi personal. Kita cuma saling melihat update status dan uploadan foto. Kalo aku tidak melihat foto teman PDku yang pergi jalan-jalan ke taiwan misalnya, apakah berarti aku bukan teman yang baik?

Aku pribadi sekarang lebih banyak berinteraksi dengan keluarga dan teman2 dekatku via chatting. Mau share foto ponakanku? Upload aja di group chat keluarga. Ada hal menarik yang mau dibahas dgn teman2? Diskusi aja di grup chat. Mau tau apa aja kegiatan exshan di liburannya barusan? Tanya ada di chat pribadi :D Ada hal yang aku mau bagi dengan banyak orang? Baru deh tulis disini dan di Facebook, di blogku, di Google+, dkk.

Aku melihat situs jejaring sosial menjadi semacam koran atau majalah. "oh si A pergi ke cina. Oh si B baru pacaran. Oh si C doyan makan mie goreng. Wah ada artikel bagus nih dari si D".

Apakah menghapus kontak itu gak sopan? Tergantung prinsip tiap orang kalo menurutku. Buat aku, kalo facebookku dihapus orang, ya udah. Toh cuma akun FB. Bukan berarti itu berarti kalo dia gak mau berteman sama aku lagi (kecuali dia ada bilang kalimat itu sebelum/sesudah menghapus aku). Buat aku, orang terlalu melebih-lebihkan pentingnya hubungan di jejaring sosial. Aku tidak menjadi teman dengan papaku di Facebook (karena memang dia tidak punya Facebook), tapi hubungan personal antara aku dan papaku jauh lebih baik daripada hubungan personalku dengan 80% teman facebookku.

Mungkin cara pandangku yang agak berubah belakangan ini. Aku ingat ada sebuah kutipan yang bagus "Good friends know your stories. Best friends gone through that with you". Aku jadinya sekarang lebih suka mengutamakan komunikasi langsung, bisa dengan ketemuan langsung, atau dengan chat pribadi. Kalo memang aku punya kabar baik/buruk, dan aku mau seseorang tau, ya langsung aja message dia. Daripada nulis status di facebook, dan berharap semoga dia membacanya. Mau curhat? Curhat langsung ke teman2 yang aku tahu mau mendengar dan memberikan solusi, daripada cuma melempar ke facebook dan mengharapkan simpati dari orang yang mungkin gak tau dirimu.

Jangan salah, aku gak bilang facebook gak berguna. Tapi untuk sekarang, anggap saja aku menganggap facebook sebagai majalah merangkap buku telepon. Mau tau ada hal aneh apa di dunia? Buka facebook. Hmm, mau kontak si A nih. Tanya no pin bb / whatsappnya via message. That's it. Aku gak menganggap Facebook sebagai my life book, dimana semua hal tentang aku harus ada disana. Semua orang yang aku anggap teman harus ada di sana. Semua foto kehidupanku harus ada disana. Aku sekarang lebih suka membuat hidupku lebih personal, dan hanya untuk kalangan tertentu saja :)

Tentang BM dan hoax, ok, aku pun ada salah karena tidak mengingatkan mereka. Mulai dari sekarang, aku akan peringatkan dulu, dengan tetap memberi jatah maks 3x. Lewat itu, bye bye, karena kalo aku sudah protes 3x dan dia masih tetap saja melakukannya, berarti dia tidak menghargai hakku. Dan ya... anggap saja dua kehilangan hak untuk mengirim pesan ke bbku :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Sebetulnya yang kamu lakukan itu bisa juga dilakukan di jejaring sosial, cuman kebetulan saja instant messenger lebih... instan :D aku sih terbalik denganmu, Facebook kuanggap sebagai "save point" versi lebih menarik, dan orang-orang bisa berinteraksi dengan save point-ku itu, suka atau tidak. Ya memang sih aku belum pernah baca ulang semua kegiatanku dari awal buka akun FB sampai sekarang, tapi bisa saja kan diunduh untuk dilihat kembali kapan-kapan. G+ bisa juga dipakai seperti ilustrasimu. Tinggal masalah preferensi aja, karena aku juga bisa saja melihat yang kamu lakukan di instant messenger itu sama seperti majalah plus buku telepon ;D

Kalau aku sih, interaksiku lebih banyak di jejaring sosial (walaupun cuma FB dan G+ saja yang aktif, LinkedIn sama sekali belum ada interaksi selain cuma nambah kolega). Mungkin karena aku memang butuh media itu, selain memang yang kuhubungi lebih aktif di jejaring sosial ketimbang instant messenger (yang menghubungiku di Hangout cuma Claire :P) dan jumlah yang kuhubungi jauh lebih besar dari kapasitas instant messenger pada umumnya. Selain itu, FB memang kujadikan tempat have fun (sekalipun mungkin konyol sekali untuk beberapa orang), jadi jangan heran kalau besok kamu lihat foto tikus tewas di news feed-mu ;D

Ngomong-ngomong, setelah baca judul topikmu, aku jadi penasaran, siapa saja yang sudah kamu hapus dari kehidupan sosialmu (baca: bukan FB, BBM, YM, dkk.) :D
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

FB, BBM, YM, dkk gak masuk kehidupan sosial? :D

Ckckck... masih doyan mainan sama tikus ya? Pantas dia doyan masuk kamarmu
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com