Pemilu 9 April 2009

[Èxsharaèn]

Stash bisa mengabaikan topik ini karena dia kayanya nggak bakal ikut deh (atau sudah daftar di Singapura?)...

Sudah tahu ya cara memilih di Pemilu tanggal 9 April 2009 nanti? Kertas suaranya bakal besar sekali, aku nggak bisa bayangkan bilik suaranya untuk tiap partai, silakan men-"contreng" (bahasa yang lebih awam menurutku bukan "contreng", tapi "cawang") satu nama. Boleh di nama, boleh di nomor urut. Belakangan aku dengar, dicoblos juga boleh.

Sayangnya, pemilihan tanggalnya agak kurang tepat, karena ternyata tanggal 9 April 2009 itu hari Kamis Putih untuk umat Nasrani. Aku dengar provinsi NTT sudah mengajukan permohonan resmi supaya tanggalnya dimundurkan atau dimajukan supaya tidak mengganggu Tri Hari Suci (9-11 dan 12 April 2009), tapi sepertinya belum ada tanggapan.

[Stash]

Telat, pendaftaran disini sdh ditutup. Kebetulan, aku malas nyoblos

Wah, pemerintah gak cermat dlm menetapkan hr. Padahal hrsnya mereka sdh tahu tgl segitu ada hari besar agama lain. Ckckckckc... Tapi sdh biasa kok... kan mereka cuma mementingkan 1 agama aja...

[Èxsharaèn]

Hmm... ini agak menarik, karena kriteria suara yang sah cukup unik. Mencontreng di nama parpol, nomor urut, dan nama kandidat ternyata diperbolehkan (jadi ada 3 tanda contreng masih dianggap sah). Namanya mau dicontreng berapa kali pun silakan, asal masih satu nama yang sama. Yang menarik lagi, diberi tanda silang juga boleh. Dicoblos boleh. Tapi dilingkari tidak boleh.

Kenapa?

Kalau menggunakan tanda silang, sekalipun menyenggol nama kandidat lain, persilangannya akan menunjukkan satu titik saja. Nama yang berada di persilangan itulah yang dianggap dipilih. Sama halnya dengan tanda contreng, kalau garis akhirnya kepanjangan, sudut terakhir akan menunjuk ke satu kandidat saja. Nah, kalau dilingkari dan ternyata menyenggol kandidat lain, kita nggak tahu yang dipilih yang mana, karena nggak ada ujung pangkal.

Boleh juga pemberitahuannya, jadi nanti aku cawang, silang, dan coblos ah dalam satu surat suara

[Stash]

Sekalian aja, namanya kamu cawangi sing akeh, biar ketutupan namanya

[Èxsharaèn]

Oke! Pemilu kemarin sudah berjalan... lancar? Atau kacau? Gimana komentarnya nyontreng satu dari sekian banyak nama?

Kertas suaraku ada yang lubang, tapi untungnya pas di contrenganku maklum pakai mejanya anak SD... aku ngawur sih nyontrengnya, karena jujur aja aku nggak tertarik dengan politik. Begitu buka kertas suara, aku langsung lihat ke arah bawah, karena partai pilihanku hanya ada 2: PDS (25) atau Demokrat (31). Sisanya langsung aku abaikan aku milihnya agak kira-kira, dari titel yang mereka sandang (walaupun itu bukan jaminan). Khusus DPD, aku sudah dikasih tahu harus nyontreng siapa, tapi sialnya aku agak lupa namanya dan tidak tahu nomernya untung aja benar pas kutanyakan mamaku pulangnya...

Menarik sih yang konyol, tadi aku baca di koran ada anak SD yang jadi DPT. Karena dikira seperti ujian, dia datang menggunakan seragam. Ya jelas ditolak secara halus. Kontan yang lain marah-marah karena ada yang nggak masuk DPT

[Stash]

Disini mah lancar2 aja, wong aku gak ngurus pemilu

[Èxsharaèn]

Ya kau kan salah satu contoh orang yang gak peduli nasib bangsa

[Èxsharaèn]

Baca koran tadi pagi, agak konyol menurutku. PDI-P menganggap kesuksesan Demokrat meraup suara tertinggi di beberapa daerah (14 provinsi malah) adalah karena mereka sukses mencitrakan diri melalui iklan. Jadi masyarakat tertarik bukan karena visi-misi yang diusung, tapi karena iklan.

Konyol menurutku pendapat itu. Masyarakat sekarang menurutku sudah melek informasi, jadi harusnya sih mereka sudah pintar menentukan pilihan. Bukan hanya karena iklan semata yang tampil beberapa pekan, tapi karena memang kinerja Demokrat selama lima tahun terakhir yang dianggap sukses di mata masyarakat (aku saja pilih Demokrat karena alasan ini). Terlalu spekulatif kalau tiba-tiba kekuasaan berpindah tangan, dan ternyata kebijakannya ganti. Jadi, kenapa nggak dilanjutkan saja?

Itu menurutku sih... jadi PDI-P malah terlihat nggak bisa menerima kekalahannya di pemilu kali ini deh...

[akina]

orang rumah pada milih demokrat jga sih... wkwkwkwk,, sirik doank tu

[Stash]

Padahal iklan mereka ya akeh....

Dan kalo mau ngomong gara2 iklan, harusnya gerindra yg menang dong. Sdh iklannya dimana2 sampai bosan, malah menggandeng 3 diva segala.

[akina]

wakakakakakakak,, jadi banyolan tuh iklannya... serem kata temen2ku

[Èxsharaèn]

Masalahnya iklannya Gerindra itu nggilani, pasti ada cewek yang ngomong...

Gerindra.

Suaranya itu lho

[saint_eve]

ehm,,sebenarnya masalah utamanya adalah kenapa bisa sih,,calon legeslatif kita gag pernah di periksa kejiwaannya,,jd coba liat aja mereka pada stress gila gag karuan,,coba qlu di seleksi menurut kejiwaan juga,,pasti lbih berkualitas pemilu di indonesia,,persaingan sehat,,dan hasil adalah hasil,,bukanlah sesuatu yg harus di tanyakan berkali" tentang kebenarannya,,bisa menerima smuanya tanpa ada protes yg gag ada dasarnya,,humft

[Stash]

Sekedar update unik dari pileg lalu.

Di tanggerang, ada caleg yg pas kampanye, melakukan "aksi sosial" dengan mempaving jalan di sebuah desa. Setelah dia kalah di pileg, paving2 itu dicabut semua. Alasannya "Aku kalah di desa ini, artinya mereka gak milih aku. Jadi wajar kan aku ambil kembali pavingnya". Rencananya, paving itu akan dipindah ke desa lain dimana dia banyak dipilih. Berita ini masuk metro tv hari ini.

Di maluku, ada caleg yg waktu kampanye nyumbang karpet utk 1 masjid. Setelah kalah, karpetnya diminta kembali.

Di sulawesi (lupa kotanya), ada caleg yg waktu kampanye nyumbang 1 set alat musik tradisional ke 1 grup musik disana. Setelah kalah, alat2nya diminta kembali.

Ini adalah gambaran kecil aja bagaimana caleg2 kita tuh cuma bisa membuat janji2 saja waktu kampanye. Wujud aslinya baru akan kelihatan setelah pileg selesai, gak peduli mereka menang atau kalah.

Sungguh menyedihkan nasib bangsa kita.....

[Èxsharaèn]

Perasaan itu berita beberapa hari lalu deh lucu aja pas dengar pavingnya mau dipindah desa lain

Makanya aku sudah nggak minat blas untuk ke DPR. Memang gaji terjamin, tapi usaha ke sana gak imbang banget. Kalau kalah langsung jatuh miskin. Mengubah negara jadi lebih baik kan gak mesti lewat DPR (tapi begonya aku pingin jadi Kapolri )