RPG Fantasy Web Indonesia Forum

Story of Our Journey => The Legend => Part 1: Prologue => Topik dimulai oleh: Èxsharaèn pada 03 Desember 2006, 01:26:22

Judul: Chapter 3: The Heaven Knight
Ditulis oleh: Èxsharaèn pada 03 Desember 2006, 01:26:22
Chapter 3
The Heaven Knight


"Ooooiiii....!! Zhaxmâr!!! Mana sih ni anak! Ooooiiiiiii!!!!! ZHAXMÂR!!!!!!" teriak salah satu Xâtria(1). "WAKTUNYA MAKAN SIAAAAAANG!!!!!!!" Lalu ia terbatuk-batuk. Semua Xâtria menoleh ke arahnya, lalu mulailah mereka berkomentar macam-macam.

"Tuh anak pasti ketiduran lagi. Dasar tukang molor....."

"Gak usah ditungguin tuh! Biarin aja! Ntar kalo lapar pasti ke sini. Kehabisan ya udah, ntar suruh masak sendiri!"

"Sikat aja tu anak kalo ntar dateng!"

"Ya ya ya... aku datang!!" akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga—suaranya doang! Tak lama kemudian, dari atas pintu Zhaxmâr bergelayutan, menongolkan kepalanya sambil berkata, "Lama nungguin aku ya?"

"Hhhhh, akhirnya dateng juga ni anak," gumam si Xâtrium(2) sambil menggeleng-gelengkan kepala. "CEPAT TURUN!" perintahnya.

"Ya, ya, oke bos!" Dengan satu lompatan kecil ia mendarat lalu memasuki ruang makan itu dengan langkah gontai bak seorang bos. Tidak ada yang berkomentar lagi. Semuanya sibuk dengan obrolannya masing-masing, seakan-akan Zhaxmâr tidak ada di situ. Ia mengambil tempat kosong di samping kawannya, Xandh. Ups, ia lupa mengambil makanan—gimana sih ni anak? Maka ia bangkit lagi, menuju meja pembagian makanan, meminta jatahnya, lalu kembali dan segera makan dengan lahap.

"Lama amat sih?" tanya Xandh. "Ngapain aja?"

"Mmmmhhh...," gumam Zhaxmâr, mulutnya masih sibuk mengunyah makanan. "Panglima Sèzhan memanggilku. Katanya ada serangan Örc di Vandhuln. Aku disuruh mengecek ke sana."

"Lalu, kamu terima?"

"Mmm... aku pikir-pikir dulu," jawab Zhaxmâr sambil memasukkan sesendok nasi ke mulutnya.

"Kalau aku jadi kamu, aku bakal pikir-pikir seribu kali," timpal Xâtrium di sebelahnya. "Aku dengar-dengar jalan ke sana itu berbahaya. Banyak monster dan Örc. Tapi kamu terima kan?"

Ia tak segera menjawab. Pikirannya sedikit menerawang. "Yah, mungkin," jawabnya mengambang, antara pasti dan tidak. "Aku belum pernah ke sana. Rasanya sih bakal mengasyikkan pergi ke sana."

Kutip
(1) Nama-nama karsh dalam Universa i Lingua (seterusnya akan ditulis UiL) dan keterangan selengkapnya dapat dilihat di situs kami.
(2) Sesuai ketentuan di situs, kita tidak akan menggunakan kata bantu bilangan untuk menyatakan jumlah orang yang memiliki karsh tertentu, kecuali jika dibutuhkan.
Judul: Re: Chapter 3: The Heaven Knight
Ditulis oleh: Èxsharaèn pada 03 Desember 2006, 01:27:14
Itulah kehidupan Zhaxmâr, Xâtrium yang juga sekaligus Söldium. Kemampuannya tidak layak untuk diragukan. Ia lebih gesit dibanding teman-teman selevel. Ia juga pandai membaca pergerakan lawan walau kadang-kadang bloon dan telmi. Ia mampu menggunakan sihir berelemen Lír walau tidak terlalu kuat. Namun, itu tidak menutupi kelebihannya, bahkan ia benar-benar istimewa. Jarang ada Xâtrium yang sudah mencapai level 39 dalam waktu singkat di usianya sekarang 17 tahun saat kisah ini ditulis. Pihak kerajaan pun memberinya penghargaan sebagai Líramâx i Xâtria—Ksatria Cahaya.

Remaja ini tidak begitu saja mendapatkan keahlian ini. Sejak kecil, umur 5 tahun, ia sudah diajari ilmu berpedang oleh ayah dan pamannya. Membutuhkan waktu 10 tahun baginya untuk menguasai semua ilmu pedang yang diajarkan ayah dan pamannya—dan itu berarti ia sudah menguasai hampir 70% ilmu berpedang yang ada di zaman itu. Selama itulah ia ditempa dengan keras hingga menjadi kuat seperti sekarang ini, walau semula ibunya kurang setuju. Umur 16 tahun(3) ia mendaftar sebagai Xâtria, walaupun tidak begitu direstui ibunya namun didukung sepenuhnya oleh ayah, paman, kakak perempuan, dan kawan-kawannya. Ia pun lolos ujian dengan nilai tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah—dan ini rupanya salah satu faktor "pemulus" pendaftarannya yang sempat jadi kontroversi. Sejak itulah ia mulai dikenal dan disegani banyak orang. Semula ia tidak berminat untuk menjadi Söldium—lagipula, katanya, jadi Xâtrium lebih keren—namun kerajaanlah yang mendaulatnya. Maka jadilah demikian.

Zhaxmâr dilahirkan pada tanggal 15 bulan 9 tahun 154800 H.R. di sebuah kota kecil Chârad, 27 kilometer sebelah tenggara ibukota. Ia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, kedua kakaknya perempuan. Ia mempunyai seekor anjing yang selalu menunggunya pulang. Akankah ia pulang kali ini...

Störin il ènuth Zhaxmâr èlèrion vânith èst-nun
Chârad isht, insnaæs-muön èsthaést vas omné
Munûth ömniscènt i Trihollían, ès shalla èsthaést?
Nun-èndh barâth èst, èsthaén van Trihörrèan i?

Zhaxmâr, remaja dari tenggara yang tak terkalahkan
Chârad asalku, tujuh belas tahun kumelangkah dalam usia
Akankah Trihollían yang suci memanggil aku?
Dalam perjalanan tanpa akhir, akankah aku terpilih?


Kutip
(3) Standar primari i karsh sebenarnya 17 tahun, namun rupanya paman Zhaxmâr mempunyai koneksi dengan pihak kerajaan di kota Monas Matria, tempat bekerjanya sekarang. Ia tercatat sebagai Xâtrium termuda saat itu.

Chapter 3 - Fin