Berita:

Projek aktif: RPG OJ v0.3
Projek sampingan: Zion TCG, SETH
Projek ditunda: Tales of Another Journey

Main Menu

Save Point: save your progress here

Dimulai oleh Èxsharaèn, 28 Oktober 2006, 12:24:47

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Stash

Doyannya......

Ya pagi aja lha naru dikubur. Aku gak nyuruh kubur tengah malam. Ntar dikira maling :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Beberapa hari terakhir keluar terus, lama-lama bosan juga :P tadi sebetulnya malas sekali ke PTC, tapi berhubung semua pergi, bisa ga makan malam kalau ga ikutan... dan anehnya sepanjang malam itu aku apes terus. Pas ganti baju, punggungku dirambati... coro (entah apa ini bahasa Indonesianya, serangga mirip kecoak) >:( sepertinya dia tadinya ada di jinsku. Kata mamaku, kalau sampai kena kencingnya, kulit bisa melepuh dan mblenyek (apa ya terjemahannya :P). Punggungku langsung terasa gatal habis dibilangi begitu :sigh:

Habis itu, ke Lenmarc... eh ga tahu kenapa flip cover S4-ku tahu-tahu lepas sendiri. Jadinya jatuh deh, bersama dengan HP-nya ^^; untungnya ga pa pa sih, tapi semua syok langsung ngeliat HP jatuh :D

Sampai di PTC, mau nyari makan... papaku pingin ke Citywalk. Pas sampai sana, lha kok suram amat suasananya... jalan dikit, kok banyak yang tutup ??? sayang bener, padahal setahuku dulu Citywalk ramai. Akhirnya ke food court, itu masih pada bingung mau makan apa. Aslinya pingin makan masakan Korea... dan berhubung si setan kecil ribut aja minta mi, ujung-ujungnya ke Wok. Eh di sana dia berulah: botol sambal dibuka, terus dia ambil botol saus yang ada corongnya, dituangin ke situ. Papaku langsung ngamuk, dan aku hilang deh selera makan... keluar sebentar untuk menenangkan diri, ujung-ujungnya ga jadi makan masakan Korea (lha sepi amat...), dan beli kebab deh. Akhirnya ya balik ke Wok situ, daripada ga makan...

Malasnya besok ke kampus lagi, ngurus surat lampiran SPT yang ketlisut entah ke mana. Padahal mestinya aku ga perlu ngurus wong dianggap cuti, masalahnya selama studi ini gaji tetap masuk :P mau nunggu akhir pekan, ada rencana berlibur ke Batu, eh dapat kabar sepupuku disuruh pulang sama mamanya :sigh:

Masih sisa setengah bulan lagi sebelum dia balik ke desa :/
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Makanan koreanua sepi soalnya mahal untuk ukuran food court :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Stash

Ada masalah yang cukup serius sih di keluarga mamaku. Dan karena itu, aku cuma bisa menulisnya disini.

Jadi ceritanya bermula beberapa tahun lalu, ketika tanteku terdiagnosa kanker payudara. Singkat cerita, karena pertimbangan biaya, diputuskan melakukan perawatan di surabaya. Setelah dikemo beberapa kali, dinyatakan sembuh. Nah, disinilah muncul satu kejelekan dokter tanteku (aku gak berani mengeneralisasi ke semua dokter kanker): tanteku tidak disuruh untuk melakukan pemeriksaan rutin pasca perawatan itu. Info aja, kalo di Singapur, begitu kamu dinyatakan bebas kanker, kamu masih diwajibkan melakukan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali, untuk memastikan kankernya tidak muncul kembali. Nah, dokter tanteku ini meremehkan hal ini. Dan ternyata hal ini berakibat cukup fatal....

Januari 2013 ini, tanteku tiba-tiba merasakan sakit luar biasa di tulang paha kakinya. Dia kesulitan sekali untuk berjalan. Dipikirnya mungkin ada salah urat, jadi dipanggillah tukang pijit. Tapi kok gak sembuh-sembuh. Singkat cerita, tanteku dibawa ke rumah sakit untuk discan. Hasilnya mengejutkan. Ada sel kanker di tulang pahanya. Dan kali ini, atas desakan saudara-saudaranya dan kesiapan saudara-saudaranya untuk urunan biaya pengobatannya, tanteku dibawa ke Singapur untuk konsultasi dokter. Sebut saja dia pergi ke dokter A. Sebenarnya saudara-saudaranya lebih prefer dengan dokter B, karena dia adalah dokter bertitel profesor, dan kepala bidang kanker di rumah sakit swasta khusus kanker. Cuma memang ongkos di dokter B lebih mahal. Jadi karena tanteku milih dokter A (dan ada rekomendasi dari orang juga mengenai dokter A), dilakukanlah beberapa sesi kemoterapi.

Sebenarnya menurut dokter A, untuk sekarang, tidak ada obat yang bisa 100% menyembuhkan tanteku. Yang bisa mereka lakukan adalah menekan sel kankernya semaksimal mungkin, sambil berharap 1 atau 2 atau 3 atau beberapa tahun lagi, akan muncul obat yang bisa menyembuhkannya 100%. Kalo saja tanteku sudah tua, misalkan 70 tahun ke atas, dia lebih menyarankan memberikan obat penghilang rasa sakit saja, dan membiarkan pasien itu menikmati sisa hidupnya tanpa rasa sakit. Tapi karena tanteku masih muda (50 tahun), dia sih menyarankan kita melakukan tindakan medis. Ya, jelas akan keluar uang banyak. Tapi it's worth the money, mengingat masih banyak yang dia bisa lakukan, dan anak-anaknya masih muda-muda.

Pada awalnya, tanteku menunjukkan perkembangan yang baik. Kanker di tulang pahanya sudah banyak berkurang. Dia sudah bisa berjalan lagi dengan normal, tanpa rasa sakit. Namun baru saja dia melakukan check-up rutin sebelum kemoterapi, muncul hasil yang mengejutkan. Kanker di tulang pahanya memang sudah sedikit, tapi kankernya pindah ke hatinya, Dan ini bakal lebih susah lagi diobati. Kita tahu sendiri, hati adalah tempat untuk menetralisir racun-racun dari obat yang kita konsumsi. Nah, kalo hatinya sendiri yang menjadi masalahnya, akan sangat sulit untuk menetralisir racun-racun itu. Yang sangat disayangkan, setelah mendengar diagnosa itu, tanteku seharusnya menjalani sesi kemoterapi. Nah, kali ini dosisnya harus dinaikkan. Pas dia sudah duduk di kursi kemoterapi, tiba-tiba seorang perawat datang dan berkata "maaf, karena kemoterapi kali ini biayanya xxxx, jadi harus dibayar full di muka, gak bisa dicicil". Sekedar info saja, selama ini tanteku memang kemoterapi dengan sistem pembayaran dicicil. Bayangkan betapa down mental tanteku. Baru saja mendapat diagnosa yang jelek, malah tidak bisa kemoterapi. Tanteku sempat down sekali. Dia bahkan sempat berkata gak mau kemoterapi lagi.

Singkat cerita, sekarang tanteku lagi di Singapur untuk berkonsultasi dengan dokter B. Seperti dugaan sebelumnya, biaya yang diminta cukup mahal. 2.5-3x lebih mahal daripada dokter A. Mulai muncul perdebatan diantara saudara-saudaranya (karena memang sebagian besar uang pengobatan tanteku hasil urunan mereka). Ada yang bilang untuk kembali ke dokter A saja karena lebih murah. Di sisi lain, dokter A sudah diberi kesempatan, tapi hasilnya malah lebih parah. Toh tidak ada yang tahu sebenarnya berapa dosis obat kemo yang diberikan dokter A dan dokter B. Bisa jadi dokter B lebih mahal karena memang dosis obatnya lebih banyak.

Saya sih masuk ranking anak-anak, jadi gak mau ikut campur masalah ini, kecuali dimintai pendapat. Tapi aku penasaran saja, seberapa kita bersedia menilai nyawa saudara kandung kita? 1/10 harta kita, 1/3 harta kita, seluruh harta kita, atau berapa? Ada yang sempat berceloteh begini "Kalau dia sudah meninggal, kalian mau taruh emas 1 kg di peti matinya pun gak akan ada gunanya".

Situasi yang dialami saudara-saudara tanteku ini memang dilematis. Di satu sisi, kesembuhannya gak bisa dijamin 100%. Jadi apakah kamu berani jor-joran uang untuk hal yang gak 100%? Seberapa kamu berani mengeluarkan uangnya? Katakanlah batasmu itu sudah tercapai, sedang tanteku ini belum sembuh 100%, apakah kamu akan stop bantuanmu, atau kamu akan mengeluarkan uang lagi?
Di sisi lain, apakah kamu rela melihat saudaramu sengsara, bahkan dengan kemungkinan terburuk meninggal dalam hitungan bulan atau tahun?
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Hmmm... sebenarnya ya dilematis untuk menilai kualitas terhadap harga. Banyak yang percaya kalau harga mahal, kualitas bagus. Tapi mungkin nggak berlaku ya buat masalah kesehatan, apalagi kalau vonisnya berat seperti itu. Kadang-kadang mahalnya luar biasa tapi ternyata hasilnya sama saja. Dan sori, tapi contoh seperti ini yang biasanya dibawa oleh agen asuransi kesehatan, seakan-akan produk mereka itu penting untuk dibeli sejak dini. Kejadian di keluargaku sih belum ada sejarah sampai separah itu, tapi kurang lebih intinya sama sih. Bahkan anaknya sendiri pun eman mengeluarkan uang demi biaya obat orang tuanya sendiri, dan akhirnya penyesalan pun datang setelah orangnya sudah tiada. Atau kebalikannya, kalau yang sakit mantu, apa iya sih kamu mau keluar uang jor-joran untuk kesembuhan mantumu (seperti yang pernah aku cerita kapan hari pas ceceku sakit di Ternate)? Susah memang kalau duit yang berbicara.

Ngomong-ngomong masalah quality over price, kejadian lagi waktu liburan di Batu kapan hari. Entah apakah merasa eman dengan duit (padahal yang bayar ya papaku), ceceku mencoba nyari penginapan/villa via omongan orang alias referensi teman-temannya. Padahal tahu sendiri kan ini high season, musim liburan sekolah. Dan sisa sepekan sebelum berangkat, belum juga dapat tempat penginapan. Aku semalaman nyoba telepon hotel dan tempat penginapan, semuanya penuh. Ada satu yang tersisa, tapi tinggal tiga kamar, dan dalam situasi seperti itu sulit sekali untuk memutuskan dalam waktu cepat. Akhirnya sih dapat villa. Case closed? Ternyata belum. Pas hari H, koko iparku mengandalkan GPS-ku (Google Maps) dan aku disuruh jadi penunjuk jalan. Padahal, sehari sebelumnya aku sudah cari alamat villa itu, dan ga ketemu (apalagi Google Maps sejak pembaruan data malah banyak salahnya). Dia sendiri ga tahu tempatnya. Lha? Setelah sempat nyasar gara-gara palang petunjuk arah yang kecil (sementara aku fokus nyari nama jalannya, dan ternyata lokasi itu belum terdata), ada masalah lain. Orangnya nggak bisa dihubungi. Padahal sudah DP 500 ribu. Siapa sih yang ga panik: sudah keluar DP untuk orang yang belum dikenal, alamatnya ga ketemu, eh dihubungi nggak bisa. Wajar dong kalau kepikiran jelek, wah jangan-jangan ditipu ini, apalagi zaman sekarang susah sekali rasanya mempercayai orang yang baru dikenal. Entah keberuntungan atau gara-gara power "Tuhan 'kan beri jalan" andalannya, akhirnya alamat villa itu ketemu, dan orangnya muncul. Untungnya villa itu ternyata bagus, dan untuk ukuran harga sejuta, sudah lebih dari cukup. Bukannya gimana, tapi siapa sih yang mau liburan dengan tidak ada kepastian tempat tinggal?

Di luar itu, sepertinya sih liburan itu lancar-lancar saja. Malamnya ke BNS, walaupun ga bisa dinikmati sama sekali saking penuhnya orang yang berkunjung ke sana. Besoknya, lha ada masalah lagi. Orang villa bilang, kalau mau ke Jatim Park 2, mobilnya parkirkan saja di pos satpam, tinggal jalan dari sana. Pas malamnya kita lakukan hal itu, dan memang ternyata keputusan itu tepat. Walaupun harus jalan 800 m dari pos satpam, kita nggak kesulitan tempat parkir, karena memang penuh. Tapi paginya, si satpam ga mau dititipi. Alasannya, menghalangi jalan. Lha wong mobilnya diparkir di tepi jalan kok, masih ada ruang cukup untuk satu mobil lewat. Dugaanku sih satpam itu ga mau bertanggung jawab. Hampir saja omku berdebat dengan satpam itu (nama orangnya saja Ribut), tapi kemudian ada masalah lain. Si setan kecil, yang pas hari itu lagi ulang tahun, maunya semua berlibur ke satu tempat. Padahal kelompok kita generation gap-nya besar sekali: satu kelompok masih muda, satu kelompok sudah umur 60 ke atas semua, makanya sehari sebelumnya direncanakan, yang muda-muda ke Jatim Park 2, sisanya ke Kusuma Agrowisata. Kan rugi tuh kalau masuk Jatim Park 2 tapi ternyata ga ngapa-ngapain, apalagi tiketnya ternyata mahal. Hari biasa saja 90 ribu, apalagi ini peak season. Papaku sudah gampang capek, lha Jatim Park 2 itu pastinya besar. Kalau ikut, malah memperlambat semuanya. Cuma ya namanya anak kecil, masih belum bisa menilai pentingnya uang, dia ga mau tahu. Pokoknya semua ikut. Udah gitu, dia pun rewel masalah mobil: ga tahu kenapa dia lebih suka mobil Terios daripada Kijang, padahal saat itu kelompok muda lagi naik Kijang. Mulailah rewelnya. Sudah kena "masalah" dengan satpam itu, mulai deh bapaknya muntab. Aku ga ingat persis akhirnya resolusinya gimana, kalau ga salah akhirnya dia sendiri yang diam, lihat papa dan opanya sudah marah-marah seperti itu. Ya butuh waktu sih buat nenangin dia, tapi akhirnya lupa juga setelah kena... kentang goreng :D dan untungnya keputusan split itu benar, karena dari jam buka pukul sepuluh pagi sampai tutup pukul enam sore, Jatim Park 2 itu ga selesai dikelilingi semua :sigh: sebetulnya aku lebih milih pergi ke agrowisata, pingin banget rasanya lihat perkebunan buah dan petik sendiri (apalagi petik stroberi), tapi ya sudah lah... malamnya pulang, kena macet. Sampai Surabaya sekitar pukul dua belas.

Rasanya ga ada deh liburan yang ga kacau :/

Tinggal enam hari lagi sebelum dia pulang, kudu siapin kesabaran ekstra tinggi. Pengalaman hari-hari terakhirnya di Surabaya, nakalnya tambah luar biasa. Sebetulnya ya kasihan juga, dia sendiri juga ga mau balik Ternate, sampai-sampai kebawa mimpi buruk tadi malam, tahu-tahu nangis sendiri. Konyolnya, katanya dia dua kali mimpi mencet tombol lampu penyeberangan lalu lintas dan nyeberang jalan (di beberapa tempat kan ada bunyinya tuh). Obsesi yang aneh :sigh: aku sendiri masih tiga pekan lagi di Surabaya, tapi mau ga mau harus ke kampus. Lampiran SPT itu belum kuurus :P dan masih harus mengajukan bon sementara untuk biaya kuliah semester tiga. Ada rencana untuk mengajukan perpanjangan masa studi untuk jaga-jaga saja (ya aku sendiri sih ga mau diperpanjang), tapi rasanya aku mau bicarakan dengan dekanku dulu. Dua pekan yang tersisa mau aku pakai untuk kegiatan di komunitas game kampus (pas saat itu kampusku selesai UAS), belum ngurus pinjam lab...
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Emang itu kan senjata utama agen asuransi "Kalo sakit, gak bingung masalah uang". Di sisi lain, berapa % sih kemungkinan orang akan sakit separah itu? Pake akal logis aja, gak mungkin akan ada yang mau buka usaha asuransi kalo bisnis itu tidak menguntungkan :D Dan dari mana keuntungannya? Ya dari uang klien yang tidak terklaim.

Info terakhir sih, dokter B udah bilang kalo dia gak menjamin kesembuhan tanteku. Sekarang dilemanya antara "tetap berjuang" (menurut dokter, peluangnya berat) atau "nikmati sisa hidup" (proses kemo itu melelahkan dan juga memiliki dampak samping terhadap tubuh pasien).

Ah, ntar kamu nangis-nangis kalo si "setan" udah balik ternate :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Lho kan toleransi antarumat keluarga, kalau satu nangis yang lain harus ikut nangis dong :D
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Save point : Lebaran bakal sendirian di manokwari nih.........
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Ah kamu ini podo ae sama ceceku, Lebaran malah pulang ke tempat yang sepi :D
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Sengaja supaya kamu ada alasan ke manokwari :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Ntar deh kalau ada penerbangan langsung SIN-MKW :D
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Èxsharaèn

Memang betul ya kata orang, amarah bikin gelap mata...

Ceritanya agak panjang dan aku tidak tahu detail lengkapnya, tapi kurang lebih seperti ini. Pas pulang bulan Mei lalu, aku mendapati halaman depan rumahku kosong, padahal biasanya ada mobil sepupuku di situ. Ternyata mobil itu mau dijual, karena sudah sepuluh tahun (Honda Fit) dan sudah agak tidak prima lagi kondisinya. Ada wacana bahwa kakaknya (yang istrinya dulu suka ngasih aku "kerjaan") mau beli itu mobil, atau berusaha menjualkan, jadi mobil itu akhirnya dibawa pulang ke Bojonegoro (selain plat nomornya memang S). Entah bagaimana caranya, mobil itu malah dipermak seakan-akan jadi hak miliknya. Awalnya sepupuku bilang, ini cukup catnya saja yang diperbarui dan lampu belakang diganti, paling habis sekitar lima juta. Di tangan kokoknya, mobil itu malah dimodif: dikasih kaca film yang lumayan gelap, velg racing, dan lain-lain. Akibatnya mobil itu malah jadi manly. Total habisnya? Dua puluh juta. Dan tadi dia ditelpon, dia disuruh nyicil untuk biaya modif itu.

Ada ta kakak sendiri sampe segitunya malak adiknya, padahal yang punya mobil adiknya dan gak disuruh untuk modif sampai sejauh itu?

Yang lebih aneh lagi, yang kena getahnya justru sepupuku itu. Entah apa pembicaraan di telepon tadi sampai dia akhirnya nangis, padahal lagi nyetir. Lucunya, papanya gak percaya kalau dia lagi nyetir. Mamaku yang ngangkat teleponnya kena damprat juga, dan bahkan sempat terlontar kalimat, "Anak sendiri ga mau nerima telpon papanya, bukan anakku!" Siapa sih yang ga sakit hati dibilang seperti itu, padahal kenyataannya memang benar dia lagi nyetir?

Kelanjutannya belum ada, karena malam ini malam terakhir si setan kecil berada di Surabaya. Besok pagi dia dan papa mamanya berangkat kembali ke Ternate. Tadi rewel minta ke TP untuk makan malam. Sementara kita semua makan di Qua-Li, yang notabene masakannya memang enak, tahu dia maksa beli apa? Texas Chicken :sigh: ya memang sih ada pengaruh papanya; sebelum liburan dia bilang kalau ntar di Surabaya anaknya itu boleh makan enak-enak. Jadinya ya begitu, selama sebulan penuh ini entah sudah apa saja yang dimakan, dan gila-gilaan. Aku sih cuma khawatir penyakit bermunculan setelah itu, sekarang kan sudah banyak kasus anak kecil kena diabetes gara-gara kebanyakan makan. Tapi ya sudah, kalau sudah punya keinginan, harus dituruti. Dan dia sudah over-attached ke mamaku; puncaknya waktu opanya telepon, dia tiba-tiba mangkel dan membanting telepon. Padahal nggak ada yang ngajari seperti itu. Sayang memang pola asuhnya dari sejak kecil sudah keliru, sudah terlambat sekarang untuk membetulkan. Tadi dia menangis sejadi-jadi ketika sampai di rumah dan menyadari waktunya sudah habis. Akhirnya memang mau pulang, tapi tetap sambil menangis keras.

Sebenarnya aku ya maklum kalau reaksinya seperti itu. Bukan kehendaknya untuk tiba-tiba pindah dari kota besar yang nyaman (siapa sih yang nggak merasa nyaman dengan kota kelahirannya sendiri?). Tiba-tiba jauh dari keluarga besar yang menyayanginya. Tiba-tiba jauh dari segala macam kesukaannya (speaker besar, lampu lalu lintas, dan akhir-akhir ini obsesinya pindah ke lampu penyeberangan). Tiba-tiba harus makan tidak enak selama setahun (ceceku sampai sekarang belum bisa masak seenak rumahku, dan entah kemarin liburan kok nggak belajar sama sekali). Kepindahan itu pun agak lucu: yang lain memimpikan pindah dari desa ke kota untuk hidup yang lebih baik (walaupun belum tentu terwujud), ini malah pindah dari kota besar ke pelosok timur Indonesia, yang notabene tidak sesejahtera Pulau Jawa. Karir ceceku selama sembilan tahun di Wings pun harus diputus begitu saja, untuk jadi penjaga kos-kosan, sementara kokoku sendiri entah apa kerjaannya. Sampai sekarang setahuku dia tidak punya pekerjaan tetap, dan melihat perangainya yang tidak bisa bekerja ikut orang (kapan hari dia bisa-bisanya geger dengan bosnya, hampir pukul-pukulan bahkan), aku ragu kehidupannya akan semakin maju dengan pindah ke Ternate. Bukan berarti aku tidak mendukung, tapi kalau hatinya tidak di sana, untuk apa pindah? Siapapun pasti tidak akan mau disuruh pindah dari surga ke neraka. Katanya kerjaan gampang, mana buktinya? Untuk pergi berlibur ke sini saja keuangannya harus diperah ekstra keras hanya untuk biaya tiket. Lain halnya kalau ternyata di sana duit bisa datang dengan lancar.

Tapi ya sudah lah, semuanya sudah terjadi, mau nggak mau harus dijalani. Sampai ada satu kekuatan besar yang akhirnya membalikkan itu semua. Tinggal menunggu waktu.

Aku sendiri sih tinggal setengah bulan lagi di Surabaya, setelah itu balik lagi ke Singapura untuk semester ketiga. Mudah-mudahan ini jadi semester terakhir; walaupun memang kehidupan di Singapura secara umum lebih menyenangkan dibanding Surabaya, ada satu hal yang sampai sekarang belum membuatku sepenuhnya jatuh cinta dengan Singapura: makanannya :D masih ada beberapa hal yang harus diurus di kampus, kurasa pekan depan bakal jadi pekan yang sibuk...
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Beruntung sepupumu gak sampe nabrak...

Waduh, saya tersinggung luar pulau dibilang neraka!!!!! :D Ya, mau gimana lagi, cecemu kan harus ikut suami. Dan suaminya keliatannya gak punya semangat kerja gitu... Kalo ortunya suruh ke afrika, mungkin dia ya nurut aja :p
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Itu sebutannya dia sendiri kok, "city of hell" :D nah satu itu sih yang sini sampai sekarang nggak ngerti, kok mau-maunya...
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Mungkin ada ancaman tersembunyi? :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com