Berita:

Update RPN OJ forum! Petualangan keenam kelompok Trihörrèan di Kerajaan Líghtran berlanjut. Sanggupkah mereka mengakhiri masalah di Líghtran? Baca rangkuman kisah maraton sesi terakhir di sini dan lanjutkan petualangan mereka.

Main Menu

Kristen dan Katolik, sekeluarga tapi gak rukun. Why????

Dimulai oleh Stash, 26 November 2010, 08:26:42

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Stash

Utk skrg, aku cuma mau menyoroti topik yg lebih spesifik sih, mslh hubungan asmara antara org beragama kristen dan katolik.

Sebagai pembuka, ada bbrp temanku yg pacaran berbeda agama (untuk konteks di topik ini, ketika aku menyebutkan berbeda agama, berarti yg satu kristen dan yg satu lagi katolik). Ambil contoh saja, ada temanku cowok, namae J, dan cewek namae F. Dua2nya sama2 taat beribadah. Rajin ke gereja masing2, rajin ikut acara kebaktian jurusan maupun univ di petra. Pacaran mungkin sejak semester 2. Tiba2 aja, pas semester 7 akhir gitu, mereka putus. Jelas aja aku dan konco2ku kaget kabeh. Mereka gak pernah berantem, gak ada kejadian yg aneh2 lha, tiba2 putus. Menurut informan dalam, putusnya disebabkan oleh alasan yg menurutku pribadi simpel, tapi ternyata buat org kebanyakan it's not a simple thing, yaitu perbedaan agama.

Bukan cuma itu saja sih. Dari pihak keluargaku dewe, tidak suka lek ada pernikahan beda agama. Alasannya akan aku bahas nanti. Intinya, aku jadi bertanya2, apakah identitas agama benar2 sepenting itukah utk sebuah hubungan pernikahan dapat berjalan harmonis????

Ada 2 alasan yg aku plg sering dapatkan dr orang2 ketika berdiskusi masalah ini
1. Tidak bisa sama2 ke gereja
2. Ntar anak ikut agamanya siapa?

Mari kita bahas masing2 alasan itu.

Pertama, masalah tidak bisa sama2 ke gereja. Sebelum aku lanjut, mungkin aku cerita dikit backgroundku. Aku sejak SMA sudah tinggal jauh dr ortu, di sby cuma sama saudara kandung aja. Jadi buat kami, pergi gereja pisah2 tuh sudah wajar, at least menurutku. COntoh aja, pas paskah, aku pergi gereja dewe, adikku lain jadwal, ceceku ya nang gereja lain. Jadi bs dikatakan sdh 10 tahunan lha aku jarang bisa ke gereja full team. Is it a problem? Menurutku pribadi, no. Kenapa? Karena di gereja, mau rame2 kek, mau sendirian kek, gak onok bedae. Apaka dengan datang rame2, kita bisa bergosip di gereja? Bisa curhat di gereja? Gak kan. Kita cuma duduk diam dan mengikuti prosesi misa dari awal sampai akhir.

Jadi apakah berarti kalo datang sendirian, berarti kita sia2 datang ke gereja? Jelas tidak. Memang idealnya kalo bisa datang rame2 1 keluarga ke gereja. Tapi menurutku gak ada edanya dgn datang dewean, karena seperti yg aku tulis diatas, toh di gereja kita ya gak bs ngapa2in yg aneh2. Mau menghabiskan waktu bersama keluarga? Bisa sehabis gereja. Uakeh waktu yg bisa dihabiskan utk keluarga. Apakah 2 jam per minggu itu sangat pentingnya kah, sampai org bisa pedot cuma gara2 itu??? Tiap hari senin sampai jumat (kadang sabtu juga) suami, istri, dan anak2 bisa terpencar selama 8 jam tiap hari utk melakukan aktifitas masing2. Bekerja, sekolah, mungkin arisan. Aku gak melihat ada pasangan yg pedot cuma gara2 si suami dan istri beda kantor. Padahal lek dihitung, MINIM 40 jam per minggu mereka terpisah. Bayangkan, 40 jam!!!! Bandingkan dgn 2 jam (kadang cuma 1,5 jam) waktu yg terbuang kalo suami dan istri gereja terpisah.

Ada yg bilang lek dia merasa gak rajin gereja, jadi kalo ada barengannya, bisa lbh rajin. Jujur, aku pun sama2 gak rajin. Doa tiap malam aja jarang sekali, paling kalo lagi ada butuh. Bandingkan dgn si "X" yg tiap minggu ke gereja, tiap malam sebelum tidur berdoa dan baca alkitab. Toh walaupun kita jauh, dia bs kasih pengaruh positif ke aku. Belakangan aku mulai mencoba berdoa tiap malam sblm tidur. See??? Aku gak butuh dia ada di sampingku supaya aku bisa mulai mencoba rajin ke gereja (btw, semoga kemalasanku gak naik lagi :p). Sama halnya dgn ke gereja menurutku. Hanya karena dia tdk bisa menemani kita ke gereja, apakah berarti kita trus malas ke gereja? Kalo gitu, kita ke gereja cuma karena si dia? Kalo gitu, bukankah berarti gereja kita sia2 saja? Kita kesana bukan mencari Tuhan, tapi datang cuma karena ada si dia.

Aku bukan sok alim. Aku ini msh jauuuhhhh dr yg namanya org taat agama. Prinsipku sih, lek datang ke gereja bukan buat mencari Tuhan, buat apa datang???? Kadang bbrp kali aku gak ke gereja ketika aku lg bad mood, atau karena ngantuk. Daripada aku datang ke gereja tapi gak konsen buat ibadah, buat apa capek2 datang? Aku membuang waktuku utk hal yg sia2. Itu prinsipku.

Jadi buat aku pribadi, aku mencari pasangan yg bisa memotivasi aku buat mencari Tuhan. Otomatis aku akan mau ke gereja secara rutin, walau tanpa si dia ikut. Itu prinsipku. Seperti yg aku tulis di atas, emang lbh enak kalo ada pacar ikut, tapi toh kadang2 aku lihat sih, pasangan yg datang ke gereja bareng (blm suami istri) keakehan di gereja malah ngoceh2 dewe, yg malah membuat ibadahnya menurutku gak maksimal. Jadi datang berduaan malah bisa berdampak negatif, bukan positif.

Aku ada dengar sih dr org lain (for exshan, it's not you :) ) kalo keluarga datang bareng ke gereja, kesannya kayak keluarga rukun, bahagia. Padahal mereka gak tahu aja dalamnya. Menurutku ini emang sdh budayanya org indo sih, image selalu nomor 1. Hanya karena ada keluarga bisa datang komplit ke gereja, trus mereka menjadi keluarga yg harmonis, yg bahagia. Eitss!!!!! Never ever think so!!! Memang ada keluarga gitu yg bahagia, rukun, tapi banyak juga yg dalamnya aslie kacau. Aku ada tahu keluarga yg tiap minggu sama2 ke gereja. Tapi aslie kadang2 sering berantem hebat, sampai si istri ngomong gini ke anaknya "Mama ini cuma bertahan gara2 kamu". Bayangkan!!! Entah si istri itu ngomong beneran atau cuma luapan emosi sesaat.....

Jadi in the end, alasan pertama yg katanya gak bisa ke gereja bareng, menurutku pribadi, emang bisa dipahami, but it's not a big and important issue. Toh habis gereja, tinggal jemput istri dan anak, trus pergi deh spent time together. Beres. It's not like you spent 12 hours on church, jadi hari itu kamu gak bisa menghabiskan waktu sama keluarga......


Sekarang alasan kedua "Anak ikut siapa?". Jujur, aku gak melihat agama sebagai faktor utama tumbuh kembang anak. Agama cumalah identitas. Why? Karena so far, kalo melihat intinya, tidak ada agama manapun yg mengajarkan kekerasan. Kalo masalah pelaksanaan agamanya, itu lain cerita, karena tergantung pribadi masing2. Apakah karena agama orang tua sama, trus agama anak sama, trus anak akan berkembang jadi anak yg baik? Apakah kalau agama org tua beda, trus anak akan jadi anak yg buruk???

Aku pribadi merasa kalau anak jadi baik dan buruk, bukan karena agama ortu ataupun agama apa yg "dipaksakan" kepada si anak (aku pake petik karena kalian pasti setuju, mau gak mau agama kalian itu awalnya dipaksakan kepada kalian. We never chose. Ada ya bayi yg bisa nolak dikasih agama A di KSK atau di formulir pendaftaran apapun?? :p ). Yg paling penting adalah bagaimana orang tua mendidik si anak, bagaimana orang tua bersikap di depan si anak. Mau agamamu sekuat apapun, lek didikanmu elek, sorry aja, anakmu akan jadi anak yg nakal.

Ada cecenya mamaku (jadi tanteku), dia agama katolik, suami agama buddha, anak2nya rasae kristen kabeh. Toh aku lihat baik2 saja, gak ada yg hancur. Semua akademisnya baik, tingkah lakunya baik, kehidupan keluarganya baik. Jadi aku gak melihat efek dari perbedaan agama di dalam keluarga. Asalkan semuanya beragama saja, dan agamnya yg bener alias bukan yg ngajar aneh2, aku gak melihat kenapa sebuah keluarga yg berbeda agama bisa dianggap keluarga yg (seakan2) gagal, jelek, dkk.

Di lain pihak, berdasar pengalamanku dan bbrp temanku, lucunya pasangan kristen / katolik + buddha atau kristen / katollik + hindu, masyarakat entah kenapa lbh menerima. Tapi kalo kristen + katolik, dan islam + kristen / katolik, seakan2 menjadi forbidden relationship. Tanya kenapa???????

Jadi buat aku, alasan kedua tidak ada dasar yg kuat, bahkan menurutku nonsense sama sekali.


Bagaimana menurut kalian? Ayo kita diskusi disini. Thanks.
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Yaaa... selama dirimu bisa menerima perbedaan itu, sebetulnya nggak masalah sih mau beda agama. Masalahnya satu: Katolik, Kristen, dan Islam itu berakar dari satu agama, tapi kemudian ada perbedaan signifikan yang bikin ketiganya susah mau dijadikan satu lagi. Misalnya aja, di Katolik kita mengenal Tuhan Yesus, tapi di Islam Dia hanya sekedar nabi. Katolik mengenal Bunda Maria, tapi Kristen nggak ada, apalagi Islam. Islam mengenal "tiada tuhan selain Allah," kita "Allah tritunggal mahakudus"; setahuku orang Islam sulit menerima konsep tiga-dalam-satu (tritunggal). Ada kecenderungan seseorang "defensif" terhadap agamanya (keyakinan) sendiri, dan ini bisa celaka kalau dua orang yang "keras kepala" bertemu dalam satu atap rumah tangga. Celakanya lagi, menurut sejarah tiga agama ini yang paling sering berbenturan satu sama lain, apalagi sampai sekarang masih saja terjadi. Tapi kalau memang ini bukan masalah, ya monggo. Bagiku sih masalah :D aku nggak akan tulis pandanganku terhadap agama lain supaya nggak dianggap memancing, tapi intinya aku kurang bisa menerima konsep perbedaan tersebut. Bukan fanatik, tapi memang ada beberapa konsep yang tidak bisa aku terima. Dan kadang susah untuk membuat seseorang bisa menerima sesuatu yang sepertinya tidak masuk akal.

Nah, alasan pertama, itu sebetulnya masalah kebiasaan aja. Sebenarnya aku kangen untuk ke gereja sebagai satu keluarga utuh seperti biasanya. Kenapa? Bukan karena di gereja bisa ngobrol dengan anggota keluarga lain, malah aku jarang sekali ngobrol. Yang menghilang kalau pergi ke gereja sendirian (dan itu sebabnya kenapa kalau nggak bisa ikut ke gereja dengan keluargaku aku pasti nggak pergi gereja untuk pekan itu) adalah kebersamaan. Oke lah, orang lain sama-sama ke gereja dan sama-sama "bersama-sama" mengikuti misa. Tapi ada yang lain ketika kita ke gereja bersama orang yang dikasihi dan beribadah bersama-sama. It's quite hard to express in mere words, but the point is, feel itu yang aku rindukan. Oke lah di rumah memang ngumpul, dan setelah gereja pasti makan malam bersama, tapi tetap saja feel-nya beda. Prinsipku, Tuhan ada di mana-mana, jadi sebenarnya kalau mau dicari, sekarang pun pasti Ia sedang membaca tulisan ini di sebelahku (dan rasanya mungkin agak kecewa karena pemikiranku agak sempit). Yang membuat semangat adalah rasa kebersamaan ketika ke gereja bareng dan beribadah bareng. Justru karena hanya satu jam, itu yang membuatnya sangat berharga, karena belum tentu setiap hari bisa beribadah bersama (dan kenyataannya memang tidak). It's not about image, really. It's about how you spend your religious time within a week with your beloves one(s). Memang tidak harus di gereja, tapi kalau memang ada kewajiban ke gereja, why not?

Kalau bicara dalam konteks calon keluarga sendiri (pacar), aku masih belum tahu karena aku sendiri belum pernah pacaran dan belum ada target. Mungkin memang lebih enak pergi sama pacar (itu dulu yang dilakukan ceceku, kadang memisahkan diri untuk pergi ke gereja sama pacarnya). Coba tanyakan pada yang lagi pacaran dan melakukan hal tersebut (setahuku di sini ada beberapa orang). Nah, kalau dengan pemikiran ini, aku nggak kebayang kalau pacarku nanti beda agama. Jelas ada feel untuk ke gereja bareng orang yang dikasihi, but who is she/who are they? Apakah itu tetap keluarga sendiri, apakah itu pacar, apakah itu nanti istri dan anak-anak? Only time knows.

Jadi, dari sini sepertinya sudah kelihatan apa pendapatku terhadap alasan pertama. Maybe it's not important for others, but it is important for me, dan kadar kepentingan itu subjektif sekali. Harusnya itu normal sekali; kalau semua orang pandangannya sama, tidak akan ada pasangan beda agama.

In contrary, aku setuju dengan alasan keduamu. Sebenarnya aku ingin membiarkan anakku nanti memilih agamanya sendiri. To be honest, beberapa kali aku sempat tertarik dengan agama Islam. Bisa ada kerinduan untuk menutup hari dengan sholat maghrib. Apa yang membuatku tetap bertahan tidak perlu dituliskan di sini, karena itu di luar konteks topik ini. The only problem with this approach, hey, your son/daughter is not too smart enough to determine his/her own religion. Dia belum tahu apa-apa tentang dunia ini. Dia belum bisa menentukan mana yang baik dan mana yang benar. Pendidikan itu ada di mana? Di agama. Jadi, kalau anak-anak kita dibiarkan religionless, aku takutnya malah nggak jadi orang nanti. In the other hand, pendapatmu betul, setiap agama intinya sama dan belum tentu yang agamanya kuat bisa mewariskan pengetahuan itu secara tepat ke generasi berikutnya (kau tahu sendiri kan gimana perilaku ponakanku ;D). IMHO sih, agama itu salah satu landasan awal untuk membentuk manusia, dan sayangnya kita nggak bisa menggeneralisasikan semua agama dengan alasan semua agama itu intinya sama, sehingga anak-anak bisa dibiarkan memilih agamanya sendiri. Kalau bukan tugasnya orang tua yang membimbing anak-anaknya berdasarkan suatu set aturan-aturan tertentu (dalam hal ini, agama), lalu siapa lagi? World is so cruel out there, wong orang tua sendiri aja bisa berlaku beringas pada anaknya sendiri kok :D contoh aja, tahu dari mana suatu makanan, ambil contoh saja daging babi, itu boleh dimakan? Agama kan? Ada beberapa pengetahuan dasar yang harus diberikan dari awal, dan salah satunya menurutku adalah agama. Kalau memberikannya pas dewasa, aku khawatir anak-anakku justru tidak memilih agama manapun, atau bahkan mencampuradukkan ajaran agama. Bukannya berpikir sempit, tapi ada beberapa hal yang memang lebih baik terpisah.

Tapi bukan berarti aku menentang pasangan beda agama lho ya. Ingat mendiang omku dan tanteku? Tanteku beragama Islam, dan omku yang semula beragama Katolik akhirnya menjadi mualaf, walaupun akhirnya dimakamkan secara Katolik dengan beberapa penyesuaian terhadap adat Islam. Mereka rukun-rukun saja kok, dan terhadap keluargaku juga rukun (kecuali memang mungkin ke tanteku yang agak unik orangnya). Itu aku ya ndak terlalu menentang, walaupun sebenarnya sayang juga ketika omku pindah agama. Contoh lain, tahu kan Hughes dan Roy? Itu beda agama juga, dan apakah pernah terdengar berita mereka bertengkar? Setahuku malah ada jarang gosipnya ;D lalu ada juga kan pasangan Katolik/Kristen yang gantian gerejanya? Si Katolik ke gereja Sabtu sore, pasangannya ikut. Besok paginya, si Kristen yang ke gereja didampingi pasangannya. Aku beberapa kali mendapati pasangan seperti ini di gereja, karena misalkan si cowok yang Katolik, dia memberikan penjelasan pada si cewek, prosesi X maksudnya apa, doa Y ini bunyinya apa, dan sebagainya. Menurutku sih bagus-bagus saja, dia jadi mengenalkan tradisi Katolik ke pasangannya yang semula nggak ngerti apa-apa (bahkan mungkin mendengar hal yang lain dari yang bukan Katolik). It's OK.

But, in the end, it's on your own to decide whether she's worth trying or just leave her and find another one whose religion is the same (buat yang lain, dasar stash menulis ini sebetulnya karena cewek incarannya berbeda agama). Kalau memang menurutmu agama bukan penghalang, then just do it. Sometimes it's better to just follow your heart than your logic, because logic will always deny what's illogical. And love is illogical ;D for me, it's quite crucial to form a serious relationship with someone. For anyone else, it might not be. Pemikiran orang tidak sama, dan jelas tidak bisa dipaksakan sama. Kadang memang diperlukan keberanian dan kekuatan untuk "menentang gravitasi," tapi bisa jadi hasilnya jauh lebih sesuai dengan kondisi yang bersangkutan. Intinya, aku mungkin kali ini nggak sejalan denganmu (dan kalau menurut ramalan, jalan pikir kita emang beda ;D), tapi sekali lagi ini cuma pandanganku. Mau disalahkan ya monggo, mau dituruti ya silakan. Yang jelas, untuk sekarang ini aku melihat perbedaan agama sebagai sebuah penghalang, tapi itu karena aku sendiri belum mengalami. Bisa jadi kalau ternyata pasanganku nanti berbeda agama ya pandanganku ikut berubah ;D if she's really the one for you, then go for her :) seperti yang sering tokohku katakan, dicoba saja dulu. You'll never know if you don't try :D

Penutup, kurasa lirik lagu ini cocok untukmu :D

Kutip dari: Defying Gravity, Glee CastSomething has changed within me
Something is not the same
I'm through with playing by the rules
Of someone else's game
Too late for second-guessing
Too late to go back to sleep
It's time to trust my instincts
Close my eyes: and leap!

It's time to try
Defying gravity
I think I'll try
Defying gravity
Kiss me goodbye
I am defying gravity
And you won't bring me down!

I'm through accepting limits
''cause someone says they're so
Some things I cannot change
But till I try, I'll never know!
Too long I've been afraid of
Losing love I guess I've lost
Well, if that's love
It comes at much too high a cost!

I'd sooner buy
Defying gravity
Kiss me goodbye
I'm defying gravity
I think I'll try
Defying gravity
And you won't bring me down!

I'd sooner buy
Defying gravity
Kiss me goodbye
I'm defying gravity
I think I'll try
Defying gravity
And never bring me down!
bring me down!
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Mengenai pendidikan agama utk anak2, emang penting. Aku ya gak sebodoh itu membiarkan anakku religionless. Mslh anaknya ntar ikut siapa, aku rasa bs diatur. Intinya pendidikan agama tetap lha dikasih. Tp ntar pas dewasa, silahkan milih dewe.

Btw, tentang cowok mengenalkan tradisi katolik ke si cewek, br saja kejadian pas telp. Si dia punya cece sepupu, dulu sekolah sinlui. Tahu dewe to kadang2 gereja bs ada 2x kolekte. Nah, cecene sempat cerita ke dia, Td dia tanya aku "emange katolik ada 2x kolekte ya?". Ya aku jelasin sepengetahuanku sih (semoga gak menyesatkan) :p
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com