Yang jelas, si penulis sendiri kentara nggak cinta negeri sendiri, banyak kesalahan grammar di situ

Aku sih nggak keberatan sektor asing masuk ke Indonesia. Toh berkat mereka sekarang kita bisa menikmati banyak "kenikmatan duniawi" (kalau aku boleh pakai istilah itu). Siapa sih yang ga suka McD, KFC, Pizza Hut, Hoka-Hoka Bento? Siapa yang hari gini ga eksis via Facebook, Instagram, twitter, Path, lewat iPhone/iPad atau Samsung Galaxy-nya? Siapa sih yang ga pakai Windows, Mac, atau Ubuntu untuk bikin tugas kuliah, atau main game? Siapa sih yang gak pernah baca novel Stephen King, Harry Potter, Lord of the Rings? Siapa sih yang ga pernah nonton Twilight (atau malah menghujat habis-habisan) atau mengharu biru nonton Titanic sampai tiga kali? Siapa sih yang ga doyan mantengin foto-fotonya SNSD, Infinite, Big Bang? Kalau mau diteruskan, daftarnya bisa nggak habis-habis. Bisa bayangkan Indonesia tanpa itu semua? Jadi Korea Utara dong

Justru BM seperti itu menunjukkan betapa kita sangat tidak siapnya menghadapi sektor asing. Toh terbukti, beberapa hal menjadi lebih baik setelah sektor asing masuk (telekomunikasi misalnya, Internet Telkomsel setahuku paling stabil dibanding semua, dan ternyata SingTel di sini juga demikian). Memang kelihatannya ironis ketika bangsa kita jadi terlihat konsumtif gara-gara itu, tapi kalau memang kita harus bekerja untuk asing, kan pasti ada yang bisa kita pelajari dari sana. Kalau sudah siap, baru kita pelan-pelan meninggalkan ketergantungan terhadap sektor asing. Pemikiran seperti itu sih sah-sah saja kalau etos kerjamu seperti orang Jepang. Lha kita? Buruh malah demo minta kenaikan gaji yang nggak wajar. Gitu mau melepaskan diri dari ketergantungan sektor asing? Omong kosong

Jadi kadang heran aja sih kalau orang-orang demo yang berhubungan dengan kebijakan "Barat" (dan mereka lupa kalau bumi ini bundar; kita ada di sisi barat yang mereka panggil "Barat"

) sampai merusak atau menjarah KFC, McD, 7/11, dan sebagainya. Bilang aja mau makan gratis...
Andai pengirim aslinya terlacak, aku pingin menantang dia tentang yang satu ini:
5 tahun lagi akan sanggupkah kita nyanyikan Indonesia Raya dgn wajah bangga dan dada yg tegap atau kita tertunduk tanpa harga diri?
Kalau kamu memang cinta negerimu, sampai mati pun kamu harus bangga menyanyikan Indonesia Raya! Mumpung ini persis Hari Pahlawan, cinta pada negeri itu harusnya salah satu bentuk cinta tak bersyarat. Harga mati kalau pahlawan dulu bilang. Ini bisa diangkat jadi topik sendiri kalau mau, tapi si penulis BM itu malah menunjukkan kalau dia punya pikiran, "ah bangsa apa ini, malu aku jadi orang Indonesia. Lima tahun lagi pasti sama, atau malah lebih buruk." Sadarkah dia kalau 2015 kita bakal masuk ekonomi ASEAN? Kalau kamu nggak mau malu menunjukkan jati diri sebagai orang Indonesia, ya lakukan sesuatu lah yang berguna buat bangsamu, jangan malah menyebarkan BM seperti itu. Masuknya sektor asing sudah nggak bisa dihindari lagi; kamu harus siap!