Save Point: save your progress here

[Stash]

Curhat dikit masalahku minggu lalu. Sempat berantem dengan teman.

1. Jadi ceritanya ada temanku yang nikah 26 januari nanti di surabaya. Nah, ada 1 temanku dari jakarta (dengan pacarnya) mau ikut. Ya aku tawarin nginap di tempatku (itu aku nawarinnya 5 bulan lalu). Terus (seingatku) dia akan pulang tanggal 27 januari sore, jadi masih bisa jalan-jalan pagi dan siangnya. Masalah muncul ketika tanggal 25 januari, ceceku ternyata harus ke surabaya. Otomatis aku harus balik Manokwari secepatnya, soalnya disana berarti cuma ada papaku sendirian dengan 3 orang kerja (1 pegawai lama, dan 2 pegawai baru). Gak mungkin cukup untuk mengurus toko, apalagi pas lagi rame.

Karena seingatku temanku pulang tanggal 27 sore, jadi aku memutuskan balik tanggal 28 januari. Ya udah, aku kabari temanku di obrolan grup. Eh ternyata dia pulangnya tanggal 28 siang. Ya udah, pada saat itu aku mencoba memikirkan jalan keluar, misal dia nginap di rumah teman yang lain. Eh, belum selesai menemukan masalah, dia sudah marah-marah duluan. Intinya aku gak setia kawan lha, plin plan lha, dkk.

Aku mencoba menjelaskan, tapi rasanya penjelasanku gak dibaca. Salahkah aku ketika aku memilih mendahulukan hal yang lebih urgent? Pilihannya antara membantu papaku yang kerepotan vs temanku yang butuh tempat. Temanku masih bisa menginap di tempat temanku yang lain, bahkan bisa saja menginap hotel. Papaku? Mau minta tolong siapa?

2. Karena membaca tulisan-tulisan temanku itu, aku jadi emosi dong. Ya udah, aku memilih diam, karena jujur pada saat itu kalau aku harus membalas omongannya, dijamin akan mengeluarkan omongan yang pedes. Tapi ternyata bagi orang-orang di grup, diam menunjukkan kalau aku memang mengaku bersalah. Gitu ya? Diam berarti bersalah?

3. Aku diam aja menunggu emosinya reda. Ternyata emosinya masih saja gak reda. Nulisnya masih "pedes" juga. Ya udah, gak mungkin kan aku bisa diam saja kalau membaca tulisan-tulisan begitu. Emosi jelas bakal naik terus. Ya udah, aku memutuskan keluardari obrolan grup itu. Buat aku, saat itu ada 2 pilihan: balas dengan kata-kata yang lebih "pedes" atau menghilang dulu. Ya aku milih menghilang dulu. Ternyata lagi-lagi buat orang disana, keputusanku itu menunjukkan aku pengecut, bukan pria, dll. Hmm... gitu ya?

4. Ini mungkin hal yang paling lucu buat aku. Mereka tahu bahwa walau pun marah, gak baik mengeluarkan kata-kata yang "pedes". Tapi alasan mereka "tidak semua orang bisa melakukannya, jadi maklumi saja si X itu. Aku kalau lagi marah juga bakal begitu kok". Ok, aku memaklumi. Tapi ketika aku diam, ketika aku menghilang, orang yang sama (yang suruh aku memaklumi si X) langsung menyerang aku dengan ucapan di poin 2 dan 3. Gak ada yang mau mencoba memaklumi aku ya? ya ya......

5. Akhirnya sih sekarang aku message dia duluan minta maaf. Dia pun balas minta maaf, walau dari tulisannya aku tahu dia masih belum mencoba mengerti alasanku. Ya biar lah. Itu pilihanku, dan menurutku itu pilihan yang terbaik. Mungkin betul kata orang "Jangan menghakimi orang lain sebelum kamu benar-benar di posisinya, kamu tahu isi pikirannya, dll". Bagi orang yang tidak tahu kondisi tokoku, mungkin pikirnya "Ada papamu aja lho, kenapa bingung?". Aku mau saja menjelaskan panjang lebar, tapi ya itu, mereka gak tertarik dengan penjelasannya.

[Èxsharaèn]

Baru kali ini aku nemu orang yang kaya gitu... kok isa gak maklum kalau kamu ada kepentingan keluarga??? Bukan setia kawan rek itu namanya, egois iya

Sepekan kemarin... baru merasakan ribetnya dunia cewek, susah ternyata memahami yang dia mau...

Jadi gini, ada alumniku yang sepertinya ada tanda-tanda suka sama aku. Dulu pernah kutanya, aku ini berarti kah buat kamu? Jawabnya iya. Sejak itu, pesan-pesannya entah di BBM atau Line mulai agak gencar, ya tapi masih dalam tahap teman lah, jadi aku ga menganggap ada sesuatu yang spesial. Sampai akhirnya dia tanya, "Warna favoritmu apa?" Oke, bahkan stash pun ga pernah tanya hal-hal kaya gitu. Sudah mulai masuk daerah pribadi, jadi kudiamkan. Eh dia sampai memanfaatkan tiga perpesanan instan yang berbeda untuk tanya itu, jadi akhirnya aku bilang bahwa aku terganggu dengan pertanyaan itu. Oke, urusan selesai.

Atau belum? Ada satu lagi yang mengganggu aku. Tiap kali aku ga jawab pesannya, dia selalu kirim pesan balik, "Pesanku kok ga dibaca sih?" Akhirnya kusuruh pindah pakai Hangouts/Talk, karena menurut pengalamanku, pesan pasti sampai, walaupun mungkin tertunda (apalagi aku di sini ada tiga alat yang pakai Hangouts). Oke dia nurut. Eh, gitu lagi, dan kali ini sudah kurespon... akhirnya kutanya ulang, "aku ini siapa sih bagimu?" Jawabnya? Teman, tapi ada sesuatu di dirimu yang bikin aku penasaran. Haiya ^^: habis ngobrol panjang lebar, ternyata ada sedikit sangkut paut dengan karakterku di DN, dan sepertinya dia tertarik gara-gara itu. Masalahnya, karakterku di DN itu hanya mewakili sebagian dari sifat-sifatku...

Yah tapi dari sini aku belajar satu hal: kalau mau tahu kepastian dari seorang cewek, harus tanya dengan tegas, jangan pakai bahasa kriptik

[Stash]

Kan udah aku suruh dari kapan hari, kamu yang gak mau

[Èxsharaèn]

Suruh apaan tapi sek lebih mending lah daripada sama kamu

[Stash]

Aku kenapa emangnya?

[Èxsharaèn]

Terlalu cantik

Kemarin awalnya jadi hari sebelum Natal yang cukup suram. Bangun-bangun aku dapat dari NUS tentang hasil studi, dapatnya B- dan B. Yang B- nggak kuduga sih sebelumnya, karena nilai total hanya 60an, perkiraanku C+ atau bahkan C. Tapi, satunya yang ujian kuanggap berhasil dan projek selesai, kukira dapat A- atau B+, ternyata dapatnya B. Jadinya CAP-ku hanya 2.95, kurang 0.05 dari batas standar NUS. Berhubung sudah tiga semester CAP-ku di bawah 3, jadinya statusku dismissed, alias drop out. Kecewa berat sih habis ngabari papaku, sempat ditelepon beberapa kali. Aku sudah kirim email ke bagian admin, tapi berhubung kemarin menjelang libur, belum dibalas. Kalau baca di situs, boleh minta pengajuan satu kali (istilahnya appeal), tapi hanya satu kali, jadi aku nyicil nulis surat itu, dibantu Claire. Untungnya orang tuaku mendukung, walaupun sebenarnya ya nggak enak sih, aku sudah gagal memenuhi ekspektasi mereka (dan semua orang) untuk lulus semester ini. Rencananya besok aku mau ke kampus untuk mengurus langsung hal ini, mengingat kantorku sendiri libur dan baru masuk tanggal 2 Januari 2014, sementara semester baru dimulai tanggal 13 Januari, jadi rentang waktunya terlalu mepet. Intinya sih aku harus dua kali appeal: pertama ke NUS untuk minta perpanjangan, kedua ke Ubaya untuk hal yang sama plus dukungan dana (di kontrakku katanya perpanjangan masa studi tidak menambah nilai beasiswa, jadi harus diperjuangkan betul-betul). Temanku sih punya saudara di NUS, dia mau minta saran, berhubung nilaiku sebetulnya hampir sampai target, mungkin ada hal lain yang bisa dilakukan, tapi aku tidak berharap terlalu banyak. Kalau memang aturannya seperti itu, biarlah apa adanya. Aku malah merasa tidak enak untuk memohon-mohon diluluskan, padahal menurut mereka aku belum layak lulus.

Sebetulnya aku sih siap-siap aja kalau harus nambah satu semester lagi; sudah sejak masa Adven persiapannya. Cuma ya tetap aja sih kecewa berat, ekspektasiku sendiri ya lulus semester ini. Siapa sih yang suka di-DO? Dan entah gimana aku bisa menghadapi teman-teman kantorku kalau pulang ke sana dan ngomong kena DO... besok rencananya setelah ngurus admin, ke klinik psikologi untuk minta saran sebaiknya gimana. Untuk sekarang sih emosiku sudah stabil. Toh semuanya sudah terjadi, ga ada gunanya diratapi terus. Mungkin memang jalan hidupku sudah ditentukan seperti ini. Banyak pengalaman yang bisa diambil memang. Yang penting sekarang fokus untuk mengejar kesempatan kedua ini, yang hanya datang sekali dan akan sangat menentukan masa depanku. Aku sudah hitung-hitung, supaya bisa menutupi kekurangan 0.5 itu, aku harus dapat satu B lagi semester depan. Rencananya sih mau minta bantuan penasehat akademik, karena tetap saja aku bimbang, mau ambil modul yang sesuai minat, tapi risiko drop out, atau ambil modul apapun yang nilainya murah. Akal sehat pasti milih yang terakhir, tapi aku punya pandangan, belajar itu harus minat dulu, mengejar ilmunya bukan nilainya. Tapi ya apa mau dikata ya, keadaannya sepertinya tidak memungkinkan untuk itu...

Dikasih tahu teman ada acara Natal ntar di Orchard, tapi kok males ke sana lagi ya

[Stash]

Save point.....

Tanggal 24 dan 25 sibuk dengan acara bazaar natal di gereja. Lumayan sekarang kaki pegal-pegal, terlalu banyak berdiri

[Èxsharaèn]

Jual apa di bazaar? Laku gak kalau kamu yang jual

[Stash]

Jual diri....

Sana bersihin kamarmu, besok kan pasanganmu mau datang

[Èxsharaèn]

Tanggal 30 kok dia baliknya enak sih sendirian, aku jadi bisa pake ranjangnya buat naruh barang-barang, dan selimutan dobel

Beberapa pekan terakhir rada terganggu dengan ulah salah satu alumni yang entah kenapa sikapnya berubah total sejak masuk MLM. Dia banyak merilis tulisan tentang motivasi diri, kutipan Kitab Suci, dsb.. Masalahnya, tulisannya selalu diiringi dengan sikap menghujat "bekas" temannya (dia menyebut teman-temannya begitu), walaupun tidak disebutkan namanya. Aku sendiri tidak tahu permasalahannya apa kok sampai banyak yang memusuhinya (nggak ada yang cerita langsung ke aku), tapi menurut salah satu rekanku, tindakannya sudah berlebihan memang. Dia beberapa kali datang ke kampus dan memprospek mahasiswa, termasuk beberapa dosen, sampai harus ditegur beberapa kali. Terakhir, yang bikin aku gerah, dia mengambil tangkapan layar status musuhnya itu, mengaburkan identitasnya, dan menghujatnya habis-habisan (yang go to hell lah, yang get your ass out of this country lah).

Aku gak habis pikir, kok bisa ya ada orang yang seperti itu, membenci temannya sendiri sampai sedemikian rupa. Aku nggak tahu sih selama masih kuliah hubungan mereka gimana, tapi ga sampai ada konfrontasi terbuka seperti sekarang. Aku sendiri kalau membenci seseorang di media sosial, lebih memilih untuk diam. Nggak ada gunanya mencurahkan energi negatif untuk menghujat dia; itu malah membuktikan kalau aku yang nggak beres. Mending pikiranku kugunakan untuk energi positif yang lain.

Selama ini aku sudah menahan untuk tidak ikut campur, tapi mungkin sudah waktunya dia ditegur kali ya...

[Stash]

Kamu sendiri dekat gak dengan dia? Kalau gak, malah bisa memperkeruh suasana

[Èxsharaèn]

Nggak sih... aku rada curiga dia tercuci otak rada parah, setahuku orang-orang MLM gak sampai segitunya lho...

[faart]

Save point...

Ditembak 8 jam sebelum malam Tahun Baru itu sesuatu beneran ya

[Stash]

Eheeemm..... Tinggal nunggu traktiran nih

[faart]

Eh? Traktiran apa ya?