Save Point: save your progress here

[Stash]

Atau kualitas mouse sekarang mulai jelek ya? Maklum, perang harga....

[Èxsharaèn]

Leganya forum ini bisa balik lagi... tapi aku dah overlimit Speedy nih

[Stash]

Lagi di irian nih, ada urusan. Tapi kerjaan kantor dibawa kesini juga. Gak kerasa liburannya....

[Kei90]

Wew, duina penuh kelelahan.... Caphe skul!!!!!1 

[Stash]

Pulangnya ketunda.... Kapan ya pulangnya? Tapi kalau pulang surabaya, berarti harus masuk kantor dong. Malas juga.... :p

[Èxsharaèn]

Lagi di kampus, sebetulnya hari ini ada prosesi tutup peti omku, tapi aku agak malas. Ga ada temannya, lagian ada masalah... bulan depan aku ceritain lebih lengkap dah...

[dhran]

Laper nih guys.

[Stash]

Selamat ya untuk Dhran dan Whelly yang dapat nilai A untuk skripsinya

[Èxsharaèn]

Akhirnya bisa online lagi dari PC mestinya banyak yang bisa dikerjakan di Internet, tapi hari ini sepertinya aku pending dulu dah...

[dhran]

Huh?! Stash tau darimana ya, klo aku n Whelly da sidang?! Pasti dari Exshan ya?! Hehehe Btw, thank you very much!!

[Stash]

Iya, dari exshan

Besok balik ke surabaya....

[Èxsharaèn]

Hari ini nggak ada yang terlalu spesial, tapi akhirnya aku kesampaian juga makan steak \()/

Oh iya, aku punya utang cerita tentang pemakaman omku yah. Memang sih ini masalah keluarga yang mestinya nggak diekspos, tapi aku tulis supaya aku (dan siapa saja yang baca) nggak mengulangi kesalahan yang sama.

Intinya sih, coba pikir-pikir dulu sebelum pindah agama dan/atau menikah dengan orang yang berbeda agama. Kalau tingkat toleransi di tingkat keluarga nggak terlalu tinggi, jadinya seperti di keluarga besarku.

Awalnya gini. Secara singkat, omku yang dulu Katolik bercerai dengan istri pertamanya, kemudian nikah dengan istri kedua (tanteku sekarang) yang Islam, dan omku pun ikut pindah Islam. Akibat perceraian dan perpindahan agama ini, ketiga anaknya agak menjauh dari ayahnya, karena dari awal pernikahan itu ditentang. Tapi, tidak ada yang menduga ketidaksukaan ini berbuntut panjang yang berakhir pada meninggalnya omku.

Dari ketiga anaknya, mungkin hanya dua yang boleh dibilang mapan. Anak tertuanya adalah Roy Immanuel, suami Dewi Hughes. Anak keduanya tidak suka dengan ibu tirinya. Anak ketiganya sempat jatuh ke dunia narkoba namun akhirnya sembuh dan menjadi seniman.

Nah, ceritanya omku ini sakit-sakitan. Karena harta sudah habis untuk modal kerja (yang ternyata tidak balik modal), beliau terpaksa mengandalkan anak-anaknya. Hanya anak keduanya yang mau membiayai, itu pun tidak rutin. Akhirnya, omku pun menderita banyak penyakit. Hipertensi dan jantung adalah penyakit utama, sebelum akhirnya gagal ginjal juga menghampiri. Puncak penyakitnya adalah hari Minggu, 27 Januari 2008, ketika sore harinya omku mendadak muntah-muntah. Khawatir terjadi sesuatu, tanteku membawa omku ke rumah sakit.

Senin pagi, omku keadaannya mendadak memburuk sehingga harus dirawat di ICU. Aku nggak lihat sendiri, namun katanya jantung omku sempat berhenti beberapa kali sehingga harus dilakukan tindakan medis segera (nggak tahu diapain). Diagnosis menyatakan bahwa omku sudah menderita gagal ginjal terlalu parah, sehingga racun yang semestinya keluar melalui air seni malah menyebar ke seluruh tubuh. Malamnya, omku tidak tertolong lagi.

Justru saat itulah masalahnya dimulai. Karena perbedaan keyakinan, sempat terjadi permasalahan tentang cara penguburan omku. Keluarga tanteku meminta penguburan cara Islam (mudah-mudahan ada yang bisa menjelaskan lebih lengkap tentang ini, aku sendiri nggak tahu lengkapnya) dan dikuburkan di dekat rumah tanteku, sementara anak-anaknya meminta cara Kristen atau Katolik (kebetulan tata caranya serupa) di pemakaman Kembang Kuning (Surabaya). Sampai larut malam, tidak ada titik temu. Sempat muncul moderasi bahwa omku akan dimakamkan di pemakaman Keputih yang memang menerima pemakaman dari semua agama, namun lokasinya cukup jauh (kalau tidak salah di Gresik). Akhirnya diputuskan, jenazah omku disemayamkan dulu di kamar jenazah, baru esok paginya dibicarakan lebih jauh.

Untungnya, pembicaraan pagi itu membawa hasil. Ko Roy membawa kyai ahli dari Jakarta (hari Selasa Hughes juga datang ke Surabaya; seharusnya yang rajin nonton infotainment tahu berita tentang meninggalnya mertua Hughes karena mamaku ternyata terekam kamera ). Kata kyai itu, tidak perlu dimasalahkan seseorang dikuburkan di mana, karena tanah ini bukan milik manusia, namun mlik Allah. Tentang tata cara penguburan, itu pun tidak menjadi masalah. Kalau memang ada banyak agama, cara apapun boleh digunakan. Akhirnya tanteku setuju (walaupun keluarganya kurang bisa menerima, karena saat pemakaman tidak ada satupun pihak keluarga tanteku yang datang kecuali orang tuanya). Masalah pun selesai. Hari Rabu, omku dimakamkan di pemakaman Kembang Kuning, kebetulan sekali tidak jauh dari makam kedua orang tuanya.

Nah, mudah-mudahan ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian ini. Silakan renungkan sendiri.

Di luar itu, aku kapan hari latah banget waktu pamitan dengan Hughes, bisa-bisanya cipika cipiki ma Hughes waktu itu sepupuku perempuan yang duluan pamitan, dan dia cipika cipiki. Kemudian aku yang pamit. Lha Hughes kok sedikit memiringkan badan, jadi aku nggak mikir panjang untuk cipika cipiki deh... Kapan ya kira-kira aku bisa ketemu dia lagi? Mau ga yah kira-kira kalau dia diundang ke pesta pernikahanku kelak, he he he...

[Valcrist]

It's... complicated. O.o

[Kei90]

true... It's true! 

~danz

[Stash]

Wah, exshan kok sdh mikirin ngundang hughes pernikahan segala? Sudah ada jodoh ya?

Aku sempat sms panjang lebar sih dengan exshan masalah itu. Untung pake Cees, jadi pulsa gak habis banyak