Berita:

Update RPN OJ forum! Petualangan keenam kelompok Trihörrèan di Kerajaan Líghtran berlanjut. Sanggupkah mereka mengakhiri masalah di Líghtran? Baca rangkuman kisah maraton sesi terakhir di sini dan lanjutkan petualangan mereka.

Main Menu

What's Wrong Dengan Bahasa-Mu?

Dimulai oleh Stash, 30 Oktober 2012, 12:01:26

« sebelumnya - berikutnya »

0 Anggota dan 1 Pengunjung sedang melihat topik ini.

Stash

Aku gak tau ini mau masukin dimana, jd sementara taruh sini ya.

Aku brsn nonton metro TV, trus lg ada diskusi dgn tema "What's wrong dgn bahasa-mu?". Maklum, msh suasana sumpah pemuda :D

Salah satu bahasan yg mereka angkat adalah bagaimana para pembuat iklan (brosur, poster, iklan koran, dkk) lbh suka menggunakan bahasa inggris ketimbang bahasa Indonesia. Contoh : Sale up to 90%.

Aku brsn coba buka beberapa contoh brosur dari PD indo di Singapur dan surabaya. Walau sebagian besar kita sdh menggunakan bahasa indonesia, tp tetap aja ada bahasa inggris yg numpang lewat. Bahkan ada yg full inggris :D Beberapa contoh aja :
- Keluarga yg berkemenangan by xxx
- Health outreach service
- contact person
- dkk

Mungkin bagi kita yang sdh lama terekspos bahasa inggris, istilah2 inggris sdh tertanam kuat di otak, jd biasanya otomatis keluar (jujur susah juga pas ngetik tulisan ini, bahasa inggris suka otomatis muncul di otak :p). Tp yuk mari sama2 kita mencoba :)

Kenapa sih orang suka memakai istilah inggris? Ada beberapa alasan yg mungkin jd penyebabnya:
1. Mau menjangkau orang2 yg non-indo. Untuk beberapa kasus, ok lha. Tp kalo targetnya untuk orang indo, kenapa hrs pake bahasa inggris? Itu karena...
2. Sesuatu yg menggunakan istilah inggris memiliki nilai gengsi lbh tinggi daripada bahasa indo. Kalo untuk ini, aku setuju sih. Kalo membaca sesuatu yg berbahasa inggris, emang keliatan lbh wah dibanding kalo bahasa indo. Tp itu lbh ke masalah kebiasaan sih menurutku.

Jd ayo dibiasain yuk pake bahasa indonesia, paling gak nyoba di forum ini yuk :)

Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Sebelum mengomentari isi tulisanmu, aku mengomentari judulmu dulu. "dengan" tidak pernah ditulis dengan huruf kapital di awal kata karena dia kata sambung, kecuali kalau dia mengawali kalimat. Akhiran "-Mu" dengan penulisan seperti itu hanya berlaku untuk Tuhan. Hayo ;D

Ada satu problem besar sebenarnya yang menyebabkan aku "resistan" dengan usulmu di Fortress (nah kan itu sendiri sudah dua tiga istilah asing :D) dan agak kurang mendukung pengindonesiaan seluruh istilah asing: belum (atau bahkan tidak) ada padanan yang pas di bahasa Indonesia. Ini sama seperti dulu ketika pertama kali istilah "unduh" dan "unggah" keluar untuk menggantikan "download" dan "upload". Oke lah orang-orang sudah mulai terbiasa. Tapi coba lihat "daring" dan "luring", siapa yang pakai? Bahkan aku pun pertama susah hafalnya, yang mana "online" dan "offline"? Ternyata, setelah dirujuk dari istilah aslinya, "daring" itu "dalam jaringan", arti yang sama persis dengan "online". Sementara itu, "luring", sudah bisa ditebak seharusnya, singkatan dari "luar jaringan", yang sama persis artinya dengan "offline". Nah, kalau suatu kata terjemahan ternyata tidak dipahami, kurasa orang-orang bakal berpikir, "Ngapain hafalin kata baru? Mending pakai saja kata aslinya yang aku sudah pasti tahu artinya." Sayangnya, dalam kasus ini, bahasa Inggris yang lebih dipahami.

Alasan yang bisa kutebak dari pengguna iklan, kenapa mereka lebih suka "sale up to 90%" daripada "diskon hingga 90%": efisiensi. Percaya deh, susah ngatur susunan kata-kata kalau isinya padat (coba tanya Clâiré yang pernah ambil mata kuliah Branding [nah bahkan mata kuliah ini sendiri namanya masih bahasa Inggris]). Dalam hal ini, mau ga mau bahasa Inggris yang menang karena lebih singkat.

Alasan berikutnya, ingat ga aku pernah mengangkat topik ini untuk pidato tugas bahasa Indonesia di kelas 2 SMA? Ada satu pertanyaan yang jawabanku salah. Waktu itu, aku mengomentari iklan rokok yang menulis seperti ini: "Di rasa kan dan di bangga kan". Salah kan menurut pedoman bahasa Indonesia? Tapi, kemudian ada counter argument, itu kan iklan. Aku lupa jawabanku, tapi intinya sih mengharapkan bahwa iklan itu sebaiknya juga pakai bahasa yang benar. Tapi, kemudian aku berpikir begini: Apa kita mengharapkan iklan televisi menggunakan bahasa Indonesia baku? Bisa bayangkan ada orang promosi biskuit tapi ngomongnya, "Wah, biskuit ini lezat sekali ya!" dibanding, "Ueenaaak pol!" Kalau iklan dibuat kaku seperti itu, aku jamin tidak akan ada yang tertarik. Wong pakai bahasa sehari-hari saja kamu sudah ganti channel :D

Alasan kedua, oke lah. Tapi, sama seperti yang sudah kutulis sebelumnya (orang lain nggak bisa lihat jadi kutulis ulang di sini :P), bahasa Indonesia punya elegansi bahwa kita bisa menggunakan istilah asing sebebas-bebasnya dalam suatu kalimat. Perbandingannya, bahasa Cina, Jepang, dan Korea harus menerjemahkannya (setahuku bahasa Cina paling kesulitan karena bunyi silabilnya paling beda dibandingkan bahasa lain). Hanya saja, bahasa Jepang dan Korea punya pendekatan lain. Aku tahu dua bangsa ini paling bangga dengan bahasanya (selain bangsa Cina tentu saja), tapi terhadap bahasa asing mereka "cukup lunak". Contoh, PC di bahasa Jepang jadi "pasokon", radio jadi "rajio". Korea aku kurang tahu contohnya, tapi kebanyakan juga bisa ditulis menggunakan Hangeul. Dan apa yang mereka lakukan? Mereka tidak mencoba menerjemahkan, tapi menyerap ke dalam bahasa mereka (Jepang paling kelihatan karena bahasa asing selalu ditulis menggunakan katakana).

Problemnya dengan pendekatan ini, bahasa Indonesia punya huruf yang sama dengan bahasa Inggris, jadi seakan-akan kita pakai langsung bahasa asing tersebut. Contoh, PC pernahkah kita terjemahkan "komputer pribadi" atau disingkat KP? Radio tetap kita tulis radio. Istilah komputer sudah aku tulis di atas tadi (ada yang tahu kalau terjemahan "byte" itu "bita", rancu sekali dengan "bit"?).

Jadi, menurutku bukan masalah besar kalau kita menggunakan bahasa asing dalam kalimat kita. Bangsa lain juga melakukannya kok. Yang aku sayangkan, tanpa bahasa asing pun kita sendiri menggunakan bahasa Indonesia dengan keliru. Yang paling aku benci misalnya, kata "merubah". Itu bahasa Melayu! Kita juga punya memang kata "rubah", tapi "merubah" artinya "menjadi rubah", bukannya "melakukan perubahan" yang seperti kita harapkan dengan kata "mengubah"! Penulisan "di" sebagai kata depan dan awalan contoh berikutnya. Sudah nggak terhitung lingkaranku di naskah buku TA mahasiswaku yang banyak keliru menggunakan "di". Berikutnya, penyusunan kalimat yang minimal harus subjek dan predikat. Masih ada juga yang buat kalimat hanya satu kata panjang, yang dianggapnya satu kalimat. Ini yang harus dibenahi terlebih dahulu sebelum kita mencoba mengindonesiakan semua istilah asing :)
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

faart

Aku disebut-sebut nih ;D
Terus terang saja, satu-satunya tempat yang kupakai latihan bahasa Indonesia cuma di sini. Status Facebook, seringnya kucampur bahasa Inggris, apalagi sudah 3 tahun ini ikut roleplay, banyak diadd orang-orang luar negeri... dan di roleplay, bahasa yang dipakai tentu saja selalu Inggris :S

Masalah iklan, dulu kalau menurut dosenku, ini balik lagi ke pangsa pasar. Lha kalau produknya jajan pasar tradisional (bukan oleh-oleh lho ya, ini lain cerita), masa di bungkusnya mau dikasih bahasa Inggris? Ga cocok kan :P
Sedangkan untuk produk yang pakai bahasa Inggris, mereka berasumsi bahwa yang bakal tertarik dengan produk itu setidaknya pasti ngerti. Lagian bahasa yang buat iklan kan yang sederhana :D

Stash

Ada perbedaan antara bahasa asing yg kita serap dan bahasa asing yg gak perlu diserap.

Contoh radio. Karena kita gak punya kosakata yg sama, maka kita lgs serap saja radio. Sama halnya dgn televisi, bis/bus, telepon, dkk. Kita melakukan proses penyerapan beberapa kosakata asing ke bahasa indo.

Ketika dunia teknologi mulai berkembang, muncullah istilah online, offline, download, dkk. Awalnya krn tdk ada padanan di bahasa indo, maka kita lgs aja memakai istilah2 itu. Tp seiring perkembangan, kita mulai mencoba mengembangkan kosakata kita sendiri. Daring, luring, tetikus, unduh, dkk.

Kalau kita sdh ada kosakata resmi bahasa indonesia, ya mari disosialisasikan. Dulu siapa sih yg mengerti online, offline, dkk pas br keluar? Org inggris pun pasti dulu gak ngerti. Lama2 stlh byk dipakai, jdnya mereka mengerti. Tp penasaran jg sih, siapa yg membuat istilah2 itu, dan kenapa mereka membuat istilah baru dibanding menyerap istilah2 yang sdh ada.

Ok, kita byk kesalahan dalam pemakaian bahasa indo. Tp apakah itu menjadi alasan utk memakai bahasa asing? Mau diajarin sampe 100 tahun pun, kalo gak pernah dipakai, ya bakal lupa. Karena gak bisa pakai yg benar, bukan berarti terus gak dipakai. Tp malah harus semakin banyak dipakai supaya semakin benar.

Kalo mslh iklan, nah disini repotnya. Kalo pake bahasa baku, memang jdnya aneh. Tp kita bs mencontoh iklan di luar sana yg pake bahasa inggris. Toh mereka bs membuat slogan unik tanpa membuat kosakata2 aneh. Gak harus membuat slogan yg memenuhi syarat SPOK, tp plg gak tdk perlu sampe membuat kosakata aneh.

Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Jujur aja, dulu aku sempat sekaku itu. Apapun pokoknya harus bahasa Indonesia, mulai dari Gmail, forum ini, Windows, BlackBerry, Android, bahkan tulisanku sendiri. Tapi lama-lama, hey, we're not robots! Ada perbedaan konteks yang jelas kapan kita harus berbahasa yang baik dan benar, kapan kita bisa bebas. Dan itu rasanya yang acaramu lupa sadari: keadaan formal dan informal. Mereka menyorot iklan, padahal iklan itu informal. Kalau pernah baca pedoman Universa i Lingua, aku sampai buat dua versi, karena untuk penggunaan sehari-hari (kasual), bahasa informal lebih sering digunakan. Kalau keadaan informal juga dibuat aturannya, "hoi jangan pakai bahasa asing", apa kira-kira yang terjadi? Lain ceritanya kalau yang disorot adalah pidato Presiden atau buku teks pelajaran sekolah misalnya. Itu sebabnya juga aku nulis di forum ini nyaris nggak pernah benar-benar formal, kecuali mungkin di Journal Book :)

Aku nggak keberatan sebenarnya bahwa istilah asing yang sudah diindonesiakan dipakai (coba aja hitung berapa kali dulu aku pakai unduh/unggah dan daring/luring, atau berapa lama Windows-ku berbahasa Indonesia. Teman-temanku pada ketawa semua, bahkan sampai sekarang!). Cuma, kalau nggak dimulai dari bahasa sendiri yang baik dan benar, gimana mau mengharapkan orang-orang pakai istilah itu? Aku sendiri butuh "aha!" moment untuk akhirnya bisa memahami dan menggunakan kata "daring" dan "luring" dengan benar. Lagipula, ada istilah kan, tak kenal maka tak sayang. Kalau orang ga kenal sama bahasa sendiri, gimana mau berharap menggunakan istilah asing yang sudah diindonesiakan dengan benar? Aku bukannya mau cari alasan lain, tapi kalau tujuanmu memang membudayakan bahasa Indonesia, kenapa tulisanmu akhir-akhir ini banyak singkatan?

Intinya, be flexible lah. Boleh prihatin bahwa penggunaan bahasa Indonesia sekarang semakin salah, tapi bukan berarti kita dilarang sama sekali menggunakan istilah asing. Menurutku, malah lebih bagus kita pakai istilah asing bersamaan dengan istilah kita sampai orang-orang paham dari mana asal kata itu.

Maksudnya MetroTV mungkin bagus, tapi rasanya mereka salah arah. Pernah ga mereka menyebut diri sendiri Metro-te-ve alih-alih Metro-ti-vi? :P
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

faart

Daring dan luring itu aku dulu pertama kali dengar juga dr kk Èxshan... dan sampai skrg masih bingung yang mana download mana upload :P
Ngomong-ngomong soal bahasa Indonesia yang semakin salah, tuh ada berita bahwa bahasa Inggris mau dihilangkan dari kurikulum sekolah...

Stash

Kalo singkatan sih gara2 kebiasaan sms dan bbm :D Selama ini km chat dgn aku di sms, gtalk ato bbm, masa gak liat aku singkat2 kata? :D

Download itu unduh, upload itu unggah.

Aku jg ada baca artikelnya di forum lain. Ada beberapa artikel lain ttg kebijakan pendidikan yg juga menarik sebenarnya. Ntar deh aku buat topik baru. Intinya, mau ada perubahan kurikulum (lagi).

Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

faart

Nah kan saking bingungnya sampai ketuker antara daring/luring dan unduh/unggah >.>

Èxsharaèn

Lho kalau SMS/BBM, okelah disingkat-singkat. Ini forum lho, aku aja kalau nulis dari tablet (atau, zaman dulu dari Nokia yang layar kecil itu), mana ada singkatan :P
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Èxsharaèn

Ada yang membagikan ini di Google+, jadi mungkin bisa diangkat lagi.

Intinya, kebanggaan menggunakan Bahasa Indonesia semakin hilang. Ada satu poin yang aku tidak setuju:

KutipSayangnya, lanjut dia, di media sosial tidak ada badan resmi yang memasukkan unsur pembelajaran bahasa Indonesia. Sehingga, bahasa yang berkembang adalah bahasa yang dibuat oleh kalangan mereka sendiri.

Aku pingin tahu, di zaman kapan si penulis menulis artikel ini :D dulu mungkin Facebook hanya tersedia dalam bahasa Inggris, tapi sekarang sudah beda. Kebanyakan perusahaan multinasional, seperti Facebook, Yahoo!, Google, Microsoft hampir bisa selalu mendeteksi dari mana kita mengakses situs mereka, dan menampilkan bahasa yang sesuai (dalam hal ini, bahasa Indonesia). Google Chrome malah dasarnya menyediakan penerjemahan otomatis via Google Translate kalau dia mendeteksi ada laman Web yang kita buka tidak sesuai dengan bahasa dasar Chrome. Sistem operasi pun sekarang punya pilihan bahasa Indonesia (Windows 8.1-ku berbahasa Indonesia; kapan hari aku cek Ubuntu dan Mac OS, termasuk versi terbaru, OS X Maverick, punya bahasa Indonesia). Jadi, menurutku bukan itu alasannya. Antara orang-orang tidak tahu kalau ada pilihan bahasa Indonesia, atau mereka sudah terlanjur terpapar bahasa Inggris lebih dulu.

Agak disayangkan sebenarnya, mengingat yang berkomentar adalah pendiri sebuah situs berbahasa...
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Sempat dibahas di grup FB yang aku ikuti, intinya sih kebanyakan orang-orang memilih tetap memakai bahasa inggris di gadget mereka (laptop, smartphone, dan lain-lain) karena alasan familiaritas. Apa itu unduh, unggah, daring, luring? Mereka tahu artinya, tapi terdengar aneh kalau dibaca dan dipakai. "Oi exshan, udah daring belum?" buat mereka terasa gak cocok. Jadi ya...... Salah bahasanya atau pemakainya? :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Salah pemakainya dong, wong secara bahasa artinya sama persis :D ga pernah coba tanya ke mereka, "Kalau gitu, yang menurutmu cocok tapi dalam bahasa Indonesia gimana?"
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Intinya sih masalah habit. Sudah terbiasa dengan istilah asing, jadi udah malas kalau disuruh ganti bahasa
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com

Èxsharaèn

Nemu tulisan ini di FB... aku lihat dari awal saja sudah cukup panjang (diputus FB), tapi ketika melihat versi penuhnya...

Astaga... orang ini ga pernah belajar nulis yang baik kah :D

KutipSalut pada ibu Tri Risma, mantan PNS yang jadi walikota Surabaya saat ini.... membaca artikel ini menunjukkan bukti bahwa ada PNS yang berkerja sungguh-sungguh sejak dulu dan hingga sekarang "ada" PNS yang bekerja serius mengabdi membangun daerah dan membuktikan tidak semua PNS bermental ganda yang suka nya aji mumpung menempati jabatan dan mewek ketika tidak lagi menempati jabatan dan mendadak suci khas mentalitas tempe pengkhianat bangsa di era V.O.C dulu, proses Surabaya mendapat Future Gov Awards didapat sejak dulu ibu Risma mengembangkan Data Center masih sebagai PNS, bekerja keras pake otak dan tenaga, bukan hanya meracau gak karuan atau berusaha menebarkan hasutan dengan pencitraan tanpa batas.... mata masyarakat itu gak buta, merka memilih pemimpin seperti ibu Risma karena memiliki prestasi saat masa tugasnya sebagai PNS dapat mengangkat beliau menjadi kepala daerah, kenaikan beliau kemarin bukan karena beliau bergaya sok suci, menonjolka...

Versi penuhnya?

KutipSalut pada ibu Tri Risma, mantan PNS yang jadi walikota Surabaya saat ini.... membaca artikel ini menunjukkan bukti bahwa ada PNS yang berkerja sungguh-sungguh sejak dulu dan hingga sekarang "ada" PNS yang bekerja serius mengabdi membangun daerah dan membuktikan tidak semua PNS bermental ganda yang suka nya aji mumpung menempati jabatan dan mewek ketika tidak lagi menempati jabatan dan mendadak suci khas mentalitas tempe pengkhianat bangsa di era V.O.C dulu, proses Surabaya mendapat Future Gov Awards didapat sejak dulu ibu Risma mengembangkan Data Center masih sebagai PNS, bekerja keras pake otak dan tenaga, bukan hanya meracau gak karuan atau berusaha menebarkan hasutan dengan pencitraan tanpa batas.... mata masyarakat itu gak buta, merka memilih pemimpin seperti ibu Risma karena memiliki prestasi saat masa tugasnya sebagai PNS dapat mengangkat beliau menjadi kepala daerah, kenaikan beliau kemarin bukan karena beliau bergaya sok suci, menonjolkan diri sebagai orang paling benar, mengkritik pemerintahan bekas dia bekerja, dan pencitraan mendadak bergaya hidup sederhana dan sok membaur menjelang Pilkada, tapi masyarakat merasakan semakin berkurangnya banjir dan bersihnya tata kota Surabaya, transparansi pemerintahan, kemudahan pengaduan (anda mengeluh di Radio SS dalam waktu singkat kadis/kaban terkait atau staf perwakilan sudah merespon), seingat saya merupakan salah satu pemda pertama yg sukses menerapkan e-procurement (diulangi lagi dengan pemda pertama se-Indonesia yang sukses mengalihkan Pbb-P2, dan saya melihat langsung pengelolaan IT PBB-P2 yg teknologinya mereka bangun sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan oleh pihak ketiga dengan menggunakan tenaga programer mereka dan lebih duluan bekerja pada saat peralihan, mendahului kinerja kementrian keuangan dalam mendistribusikan teknologi yg sudah ada), pelayanan kualitas prima dengan terampilnya SDM PNS dan TKK yang tidak arogan dan cerdas, sistem kerja yang terukur input outputnya, dan memberikan teladan kerja yang baik semasa beliau menjadi PNS.... sebelum ada fenomena Jokowi dan blusukannya, PNS yang satu ini sudah turun nyapu bersihin kota saat pagi buta hingga saat menjabat walikota, masyarakat memilih beliau karena tindakan... Surabaya makin hijau dan berkurang banjir dibanding 2003 dulu hingga menjelang Pilkada Walikota kemarin... Masyarakat tidak buta, masyarakat pun tidak tuli n asal mendengar hasutan lawan politiknya hingga beliau terpilih dan berturut2 mendapat penghargaan internasional atas prestasi konkrit yang bukan pencitraan... sekali lagi... selamat kote Surabaya.... hal ini semakin membuktikan bahwa otonomi daerah berdampak positif bila dipimpin seorang figur sederhana yang memang sudah merakyat dari dulu dan tidak mendadak merakyat demi pencitraan.... semoga diberkahi umur panjang, kesehatan yang baik untuk kedepannya menjadi Presiden RI setelah 2 periode menjabat walikota Surabaya....

Aku ga baca sampai tuntas, bahkan skimming pun puyeng lihatnya :P
Jangan lupa ikutan serunya petualangan Our Journey!
~ A, èxshna il utnön qu our journey shallaran a èndh... ~

Profiles
About.me https://about.me/hoshiro.exsharaen

Stash

Kemungkinan sih dia nulis lewat facebook web mobile. Kalo dari facebook web mobile, memang tidak bisa ganti baris di tulisan. Tulisannya bagus sih, cuma emang super padat, males bacanya :D
Twitter ID : stefano1003
Facebook : http://www.facebook.com/stefano.ariestasia
Google+ : stefano.ariestasia
Blog : http://catatanstefano.wordpress.com