Bab ini akan menjelaskan sedikit tentang Quésha, salah satu tokoh cewek yang memiliki peran penting dalam Our Journey, yaitu sebagai salah satu dari Trihörrèan. Seperti apa kisahnya sebelum petualangannya dimulai?
Chapter 5
The Great Summoner“Quésha!” terdengar suara lembut memanggilnya. “Quésha, ke sini sebentar!”
“Ya Bu, sebentar!” jawab Quésha dari ruang depan. Cepat-cepat ia melayani pembeli, lalu bergegas ke arah dapur. “Ada apa Bu?”
“Bantu Ibu menyalakan tungku api,” pinta sang Ibu. “Ibu harus menimba air di sumur belakang untuk masak.”
“Lho, memangnya adik ke mana? Quésha masih ada pembeli di depan.”
“Adikmu sedang pergi berbelanja, Ibu yang suruh. Sebentar saja kok.”
“Ya Bu.” Dengan patuh Quésha membantu menyalakan api di tungku. Ia memanggil Phõênix
(1), dan burung api itu segera muncul. “Ada apa kau memanggilku?” tanyanya.
“Bantu menyalakan api di tungku dong!” pinta Quésha.
“Cuma itu? Kau memanggilku cuma untuk itu?” tanya Phõênix sedikit sinis.
“Tak ada laki-laki di rumah. Aku tidak bisa menyalakan api di tungku.”
“Kalau begitu, kau harus belajar menyalakan api sendiri. Jangan karena hal-hal sekecil ini kau memanggilku. Kan kau masih bisa melakukannya sendiri,” kata Phõênix bijak.
“Iya deh, kalau begitu ajari aku caranya,” rajuk Quésha. Sekarang malah Phõênix yang kebingungan. Bagaimana caranya manusia menyalakan api? Ia tak bisa memeragakan caranya. Apalagi apapun yang ia sentuh akan terbakar. Bagaimana enaknya?
“Jujur,” sang Phõênix mengakui, “aku tak tahu caranya. Oke lah, kali ini kubantu, tapi lain kali lakukan sendiri ya!” Lalu ia menghembuskan sedikit napas api ke tungku, dan kayu-kayu itu pun terbakar. “Aku akan cari tahu caranya, tapi kalau bisa kau harus belajar dari adik atau ayahmu cara menyalakan api. Janji?”
“Janji,” kata Quésha sambil mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf V dan mengedipkan matanya.
“Kalau begitu, aku pergi dulu. Panggil aku lagi kalau ada perlu, tapi yang penting-penting saja.” Phõênix itu menundukkan kepalanya dan Quésha mengelus-elusnya sebentar—begitu caranya Phõênix itu pamit—dan Phõênix itu menghilang sekejap dalam bola asap. Quésha pun menunggu ibunya kembali, dan segera kembali ke toko.
(1) Dibaca /’fi.niks/, burung mistis yang sudah dipercaya turun-temurun ini termasuk hewan mistis langka yang dilindungi. Bulunya dikatakan terbuat dari api, itu sebabnya Phoenix berwarna merah. Air matanya dipercaya berkhasiat menyembuhkan—baca juga buku referensi. Beberapa RPG menggunakan istilah Phoenix Down untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati, namun kebenaran hal ini dalam dunia nyata masih diragukan, walau banyak juga yang percaya. Dalam RPN ini, Phöênix adalah Guard-i-ru (Guardian) Fir yang sedikit berelemen Lír karena kemampuan menyembuhkannya itu.